Wahai Puteriku
Putriku tercinta! Aku seorang yang telah berusia hampir lima puluh
tahun. Hilang sudah masa remaja, impian dan khayalan. Aku telah
mengunjungi banyak negeri, dan berjumpa dengan banyak orang.
mengunjungi banyak negeri, dan berjumpa dengan banyak orang.
Aku juga telah merasakan pahit getirnya dunia. Oleh karena itu
dengarlan nasehat-nasehatku yang benar lagi jelas, berdasarkan
pengalaman-pengalamanku, dimana engkau belum pernah mendengarnya dari
orang lain.
Kami telah menulis dan mengajak kepada perbaikan moral, menghapus
kejahatan dan mengekang hawa nafsu, sampai pena tumpul, dan mulut letih,
dan kami tidak mengahasilkan apa-apa. Kemungkaran tidak dapat kami
berantas, bahkan semakin bertambah, kerusakan telah mewabah, para wanita
keluar dengan pakaian merangsang, terbuka bagian lengan, betis dan
lehernya.
Kami belum menemukan cara untuk memperbaiki, kami belum tahu
jalannya. Sesungguhnya jalan kebaikan itu ada di depanmu, putriku!
Kuncinya berada di tanganmu.
Benar bahwa lelakilah yang memulai langkah pertama dalam lorong
dosa, tetapi bila engkau tidak setuju, laki-laki itu tidak akan berani,
dan andaikata bukan lantaran lemah gemulaimu, laki-laki tidak akan
bertambah parah. Engkaulah yang membuka pintu, kau katakan kepada si
pencuri itu: silakan masuk … ketika ia telah mencuri, engkau berteriak :
maling …! Tolong … tolong… saya kemalingan.