Sabtu, 28 April 2012

Jangan mau masuk surga cuma emperannya saja (Motivasi Untuk Saudariku Muslimah)

Alhamdulillah, belakangan ini cadar dan purdah mulai tidak asing lagi di beberapa tempat di negeri kita. Sekarang sudah menjadi pemandangan biasa wanita keluar lengkap dengan seperangkat pakaian yang serba besar dan menutup aurat secara sempurna. Para wanita penggenggam bara  api kini tidak perlu resah lagi ketika keluar rumah, karena kita lihat wanita bercadar di tempat-tempat umum seperti pasar, kampus, kantor dan pusat kegiatan lainnya. Mereka tidak lagi merasa sendiri dan terasing dengan pakaian kemuliaan mereka.

Alhamdulillah juga, fase-fase sulit telah lewat. Dimana cadar dan purdah identik dengan terorisme dan bom. Sehingga image yang berkembang di masyarakat bahwa cadar adalah pakaian istri teroris. Menyulitkan wanita-wanita yang menyelamatkan pandangan para lelaki dari panah iblis. Diskriminasi, razia, periksa KTP sampai penggerebekan di rumah dialami oleh mereka. Ini karena perbuatan orang-orang yang hanya punya semangat dalam beragama tetapi tidak berlandaskan ilmu. Bom dan jihad seperti yang mereka agung-agungkan bukan ajaran Islam. Sumber ajaran mereka adalah pahamtakfiriy, yaitu mudah mengkafirkan orang lain sehingga jika sudah kafir maka halal darah dan hartanya. Berkat perjuangan para da’i dan aktifis dakwah akhirnya image tersebut hilang.
Bahkan cadar telah menjadi tren. Kami rasa dampak dari sebuah film yang sangat  booming yaitu film “ayat-ayat cinta” dimana di sana diceritakan ada sebuah tokoh wanita bidadari dunia yang hampir sempurna. Ia menggunakan cadar. Maka kebiasaan masyarakat kita yang latah ramai-ramai mengikutinya. Film dan sinetron yang lainnya ikut meramaikan dengan tokoh utamanya adalah wanita cantik yang bercadar. Para wanita mulai bergaya dengan selendang tipis menutup muka walaupun sekedar bergaya. Akun jejaring sosial ramai dengan gambar wanita bercadar atau sekedar kartunnya.

Mengenai hal ini, sangat patut disyukuri. Walaupun film tersebut ada yang bilang untuk berdakwah juga. Tetapi cara berdakwah seperti ini kurang tepat. Karena di sana ada campur baur laki-laki dan wanita, membuka aurat, bermesraan dan menyentuh dengan bukan mahram dan lain-lain. Bagaimana kita berdakwah kepada Allah dengan cara yang tidak diperkenankan oleh Allah.  Lho, tapi kan berhasil, buktinya cadar jadi populer di masyarakat. Kami tidak heran karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
وَأَنَّ اللهَ يُؤَيِّدُ هَذَا الدِّينَ بِالرَّجُلِ الْفَاجِرِ
Terkadang/boleh jadi Allah menolong agama ini dengan orang yang fajir/pelaku maksiat” [HR. Bukhari 4/72 no.3062 dan Muslim 1/105 no.111]

Ini Baru Pemuda Islam, Bukan Boyband Atau Maniak Game!



Kita umat Islam sangat ingin agama Islam kembali berjaya sebagaimana sejarahnya dahulu, dimana agama Islam yang bersumber dari tanah Arab yang awalnya tandus dan terbelakang bisa menguasai sepertiga dunia hanya dalam waktu 30 tahun, yang sebelumnya di bawah bayang-bayang dua imperium besar Romawi dan Persia. Zaman ini kita sudah sama-sama tahu bahwa Islam berada dibawah bayang-bayang dua imperium besar juga yaitu Eropa dan Amerika. Hal ini karena akibat perbuatan kita sendiri yaitu tidak kembali ke ajaran agama kita.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ
“Jika kalian berjual beli dengan cara ‘inah, memegangi ekor-ekor sapi [sibuk berternak, pent], dan menyenangi pertanian dan meninggalkan jihad, niscaya Allah akan menimpakan pada kalian kehinaan, tidak akan mencabutnya dari kalian sampai kalian kembali kepada agama kalian”.[1]

Salah satu yang berperan dalam kebangkitan Islam adalah para pemudanya. Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullahuberkata ,
والشباب في أي أمة من الأمم ، هم العمود الفقري الذي يشكل عنصر الحركة والحيوية إذ لديهم الطاقة المنتجة ، والعطاء المتجدد ، ولم تنهض أمة من الأمم غالبا إلا على أكتاف شبابها الواعي وحماسته المتجددة .
“Para pemuda pada setiap umat manapun, mereka adalah tulang punggung yang membentuk unsur pergerakan dan dinamisasi. Dikarenakan dia mempunyai kekuatan yang produktif, kontribusi yang terus menerus. Dan tidak akan bangkit suatu umat umumnya  kecuali ada di pundak [ada kepedulian dan sumbangsih, pent] para pemuda  yang punya kepedulian dan semangat menggelora.”[2]

Akan tetapi bagaimana Islam bisa maju dan kembali berjaya jika para pemudanya meninggalkan agama Islam ini dan lalai dengan urusan dunia dan disibukkan dengan perkara yang tidak bermanfaat. Seperti yang sedang ngetren sekarang yaitu boyband, girlband dan maniak game. Sehingga ada benarnya yang berkomentar:

“gimana bisa pegang senjata kalo pemudanya “alay” kayak boyband gitu!”

“menang mana tangan pegang stick PS lawan tangan pegang sniper?”

Mari kita lihat kembali sejarah berjayanya Islam dengan melihat bagaimana para pemuda di masa berjayanya agama Islam. Dimana para pemudanya telah tertanam tauhid dan keimanan yang kokoh, selalu mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk membela agama Islam.

Berlomba-lomba mengklaim “aku hidup bahagia sekarang”

أعطني الأمان و خذ السعادة..


Prolog

Mungkin seorang laki-laki paruh baya berkata,
“saya hidup bahagia sekarang, punya istri yang cantik, anak yang lucu dan pintar, punya rumah yang cukup besar karir saya di kantor terus naik dan bisnis lancar terus”

Mungkin seorang ibu berkata,
“saya sudah bahagia sekarang, anak-anak saya semuanya sudah jadi, sudah berhasil semua, saya bangga, anak pertama wakil direktur di bank, anak kedua saya jadi koordinator umum di urusan pajak beacukai, anak ketiga saya menjadi hakim agung di kabupaten”

Bahkan seorang Waria mungkin berkata,
“saya sangat bahagia ketika keluar dengan setelan pakaian wanita genit seperti ini, nongkrong di café atau perempatan, menganggu cowok-cowok yang lewat sambil minta saweran, seneng banget kalo bisa eksis kayak gini, kalo tiap hari kayak gini, bahagia hidup ini”

Mungkin seorang kakek berkata,
“saya sudah tidak butuh lagi dengan harta dan uang, yang buat saya bahagia, anak-anak saya sering datang melihat saya, apalagi cucu-cucu kalau nginap di rumah ini, mereka ramai sekali. uang pensiun ini, saya belikan mereka makanan dan mainan semua, asal mereka sering main ke sini.”

Alhamdulillah, Aku Wanita Setengah Cadar Sekarang!

 
Akhwat A:, Ukhti, saya sebenarnya pengen memakai cadar, tapi keluarga saya masih belum terima sama sekali walaupun suda saya jelaskan, kataya nanti akan memutuskan silaturahmi, kalau ngumpul-ngumpul dengan sepupu laki-laki, terus suaminya bibi saya yang gendong-gendong saya waktu kecil bisa marah, saya kan dah dianggap ponakan. Trus saya juga kan masih bekerja sejak menanggung keluarga ayah saya meninggal. di kantor masih melarang cadar. Gimana ni?

Akhwat B: mudah ukhti, kalo ukhti mengangap cadar sunnah, ga menghalangi ukhti memakai cadar, ukhti bisa jadi “setengah bercadar”, di keluarga atau di kantor ukhti buka, selain itu ukti bisa pakai cadar.


Terkadang memakai cadar dan terkadang tidak memakai cadar

Anggapan bahwa jika memakai cadar maka harus memakai cadar seterusnya adalah keliru. Ini jika meyakini hukumnya sunnahnya. Jika tidak bisa memakai cadar seterusnya maka tidak ada salahnya jika selang-seling memakainya. Memakainya di tempat dan suasana yang mendukung dan melepasnya di tempat dan suasana tidak mendukung. Misalnya,
-jika di lingkungan keluarga dan kerabat dilarang oleh orang tua, maka silahkan dilepas. Tetapi ketika keluar rumah silahkan memakainya.
-jika di kampus atau di kantor dilarang memakainya, maka silahkan dilepas. Tetapi ketika ke pasar dan ke tempat kajian silahkan memakainya.
Karena Islam mengajarkan tidak perlu menunda sesuatu karena ingin sempuna sekali. Jika hanya bisa meraih setengahnya maka jangan ditinggalkan semuanya. Sesuai dengan kaidah fiqhiyah,
ما لا يدرك كله لايترك كله
“sesuatu yang tidak bisa dicapai seluruhnya jangan ditinggal seluruhnya”

Begitu juga perintah Allah agar kita bersegera dalam kebaikan, Allah Ta’ala berfirman,
فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ
“Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan”[1].

Istighfar Dan Dzikir VS Facebook Dan Twitter

istighfar1


Kami sempat terkesima mendengar kata-kata ustadz Armen Halim Naro, Lc rahimahullah saat memotivasi tentang istighfar, beliau berkata,
“ Istighfar kita yang naik ke langit mencegah turunnya musibah ke bumi”
Ini membuat kami sedikit merenung mengenai diri kami. Dan kami mencoba untuk membaginya.



Fenomena jejaring sosial
Ternyata kami sangat jauh penerapannya. Setelah dipikir-pikir ada satu yang menjadi penyebabnya yaitu maraknya jejaring sosial seperti facebook, twitter, google+ dn lain-lain. inilah membuat kami lalai dan sangat jauh dari kebiasaan orang-orang shalih dan ulama yaitu beristighfar dimanapun, kapanpun [tentu bukan di WC, toilet dll]., mengucapkan “astagfirullah”,” Allahummagfirli” disela-sela waktu, di sela-sela kesempatan, di sela-sela kesibukan, ketika menunggu, ketika naik kendaraan, ketika berjalan kaki, ketika menanti jemputan dan ketika kita mampu mencuri sedikit waktu yang sangat mahal dalam berbagai kesibukan.

Para salaf mencuri waktu untuk beristighfar
Jika mengingat pesan para salaf [pendahulu] kita, maka kita sangat malu menisbatkan diri kepada mereka, Luqman ‘alaihis salam bepesan kepada anaknya,
يَا بُنِيَّ عَوِّدْ لِسَانَكَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، فَإِنَّ لِلَّهِ سَاعَاتٍ لَا يَرُدَّ فِيهَا سَائِلًا
“Wahai anakku biasakan lisanmu dengan ucapan: [اللهم اغفر لي ] “Allhummafirli”, karena Allah memiliki waktu-waktu yang tidak ditolak permintaan hamba-Nya di waktu itu.”

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata,
أَكْثِرُوا مِنَ الِاسْتِغْفَارِ فِي بُيُوتِكُمْ، وَعَلَى مَوَائِدِكُمْ، وَفِي طُرُقِكُمْ، وَفِي أَسْوَاقِكُمْ،
وَفِي مَجَالِسِكُمْ أَيْنَمَا كُنْتُمْ، فَإِنَّكُمْ مَا تَدْرُونَ مَتَى تَنْزِلُ الْمَغْفِرَةُ
”Perbanyaklah istighfar di rumah-rumah, meja-meja makan, jalan-jalan, pasar-pasar dan majelis-majelis kalian di manapun kalian berada. Karena kalian tidak tahu kapan turunnya pengampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala”. [Jami’ Al-ulum wal hikam hal. 535, Darul Aqidah, Kairo, cet.1, 1422 H]

Belum lagi kisah imam Malik rahimahullah yang mencuri waktunya yang sangat mahal. Ketika penyambung suaranya berbicara saat majelis kajian [saat itu belum ada pengeras suara, maka ada beberapa penyambung suara berbicara setelah imam Malik berbicara]. Maka waktu longgar tersebut dimanfaatkan oleh beliau untuk beristighfar kepada Allah Ta’ala. Subhanallah, sangat jauh dari kita.

Bijak dalam menyikapi jejaring sosial

" Cantik.. Bantu kami Menjaga Pandangan.. !! "

Cantik,
Izinkan kami Menundukan Pandangan
keshalehahan akhlakmu telah memikat hati.
Tak perlulah indah wajahmu kau nampakan untuk menguatkan,
ketaqwaanmu telah menjadi bunga terindah di taman hati.

Cantik,
Izinkan kami tundukkan pandangan dari yg belum halal
Kami tak ingin melesat bersama panah-panah syetan itu Mengoyak dan meruntuhkan iman, karena Fitnah indahmu

Cantik,
Bantu kami menjaga pandangan
Menjaga gejolak rasa nan menggelora,
Jagalah kami agar kau tetap terjaga juga,
Dalam Maqfirah dan Rahmadnya

Bahaya Foto Akhwat di FB

"Alhamdulillah terima kasih sudah di ingatkan",
" sukron atas ilmunya, bermanfaat sekali" ... dan bla..bla..bla...

MENGIRIMKAN ANAK PEREMPUAN KE PONDOK PESANTREN KHUSUS PUTRI



Oleh : Asy-Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman hafidhahullah

Tanya : Bolehkah kita mengirim putrid-putri kita ke pondok pesantren Islami yang jauh (tempatnya) untuk menuntut ilmu syar’iy dan tinggal di tempat tersebut tanpa disertai mahram ?

Jawab : Masalah ini perlu perincian. Apabila seorang wanita melakukan safar tanpa mahram, maka hukumnya haram berdasarkan hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim, bahwa beliau shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :

لا يحل لامرأة تؤمن بالله واليوم الأخر أن تسافر مسيرة يوم وليلة إلا مع ذي محرم

“Tidak halal bagi wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk melakukan safar sejauh perjalanan sehari semalam kecuali bersama mahramnya".

Kisah Cinta Para Sahabat Rasulullah

“Bila seorang laki-laki yang kamu ridhai agama dan akhlaqnya meminang,” kata Rasulullah mengandaikan sebuah kejadian sebagaimana dinukil Imam At Tirmidzi, “Maka, nikahkanlah dia.” Rasulullah memaksudkan perkataannya tentang lelaki shalih yang datang meminang putri seseorang.
“Apabila engkau tidak menikahkannya,” lanjut beliau tentang pinangan lelaki shalih itu, “Niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang meluas.” Di sini Rasulullah mengabarkan sebuah ancaman atau konsekuensi jika pinangan lelaki shalih itu ditolak oleh pihak yang dipinang. Ancamannya disebutkan secara umum berupa fitnah di muka bumi dan meluasnya kerusakan.