Ibnul Qoyyim, “Tidaklah akan berkumpul keikhlasan dalam hati bersama
rasa senang untuk dipuji dan disanjung dan keinginan untuk memperoleh
apa yang ada pada manusia kecuali sebagaimana terkumpulnya air dan api…”
(Fawaid Al-Fawaid, Ibnul Qoyyim, tahqiq Syaikh Ali Hasan, hal 423).
Berkata Abdullah bin Mas’ud , “Seandainya kalian mengetahui
dosa-dosaku maka tidak ada dua orangpun yang berjalan di belakangku, dan
kalian pasti akan melemparkan tanah di kepalaku, aku sungguh
berangan-angan agar Allah mengampuni satu dosa dari dosa-dosaku dan aku
dipanggil dengan Abdullah bin Rowtsah”. (Al-Mustadrok 3/357 no. 5382).
Berkata Hammad, “Pernah Ayyub membawaku ke jalan yang lebih jauh,
maka akupun berkata padanya, “Jalan yang ini yang lebih dekat”, maka
Ayyub menjawab: ”Saya menghindari majelis-majelis manusia (menghindari
keramaian manusia-pent)”. Dan Ayyub jika memberi salam kepada manusia,
mereka menjawab salamnya lebih dari kalau mereka menjawab salam selain
Ayyub. Maka Ayyub berkata: ”Ya Allah sesungguhnya Engkau mengetahui
bahwa saya tidaklah menginginkan hal ini !, Ya Allah sesungguhnya Engkau
mengetahui bahwa saya tidaklah menginginkan hal ini!.” (Sittu Duror hal
46).
Berkata Imam Ahmad: “Aku ingin tinggal di jalan-jalan di sela-sela
gunung-gunung yang ada di Mekah hingga aku tidak dikenal. Aku ditimpa
musibah ketenaran”. (As-Siyar 11/210).
Tatkala sampai berita kepada Imam Ahmad bahwasanya manusia
mendoakannya dia berkata: “Aku berharap semoga hal ini bukanlah
istidroj”. (As-Siyar 11/211).
Imam Ahmad juga pernah berkata tatkala tahu bahwa manusia mendoakan
beliau: “Aku mohon kepada Allah agar tidak menjadikan kita termasuk
orang-orang yang riya”. (As-Siyar 11/211).
Pernah Imam Ahmad mengatakan kepada salah seorang muridnya (yang bernama
Abu Bakar) tatkala sampai kepadanya kabar bahwa manusia memujinya:
“Wahai Abu Bakar, jika seseorang mengetahui (aib-aib) dirinya maka tidak
bermanfaat baginya pujian manusia”. (As-Siyar 11/211).
Abu Dawud Al Sijistany berkata, “Majelis Ahmad bin Hanbal adalah
majelis akhirat, didalamnya sama sekali tidak ada pembahasan urusan
keduniaan.” (Lihat Jawaahiru Sifatis Shafwah).
Seseorang bertanya pada Tamim Ad-Dari ”Bagaimana sholat malam
engkau”, maka marahlah Tamim, sangat marah, kemudian berkata, “Demi
Allah, satu rakaat saja sholatku ditengah malam, tanpa diketahui (orang
lain), lebih aku sukai daripada aku sholat semalam penuh kemudian aku
ceritakan pada manusia” (Dinukil dari kitab Az- Zuhud, Imam Ahmad).