Ringkasan Dauroh
Tema : Ibadah
Penyampai : Ust. Hafidudin Hafidzahullah
Tempat : Masjid Jamiat Taqwa Bandar Lampung
Hari/tgl : Rabu/ 4 Juli 2012
Pukul : 09.00-11.00
Tujuan Penciptaan Manusia
Allah berfirman,
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Az-Zariyat 51: 56)
أَيَحْسَبُ الإنْسَانُ أَنْ
يُتْرَكَ سُدًى
Apakah
manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung-jawaban)? (QS. Al-Qiyamah 75: 36)
Imam syafi’i dalam fathul Majid
menerangkan ayat diatas bahwa dengan begitu manusia hidup dengan adanya
perintah dan larangan dari Allah, yang kelak akan dimintai
pertanggungjawabannya apakah perintah-perintah tersebut dikerjakan dan
larangan-larangan-Nya ditinggalkan oleh manusia.
Pengertian Ibadah
Ibadah secara bahasa
Pengertian ibadah dari segi bahasa
adalah merendahkan, tunduk, patuh.
Imam Al-Qurtubi menyatakan bahwa
ibadah adalah ketundukan dan kerendahan
Ibadah secara istilah, terdapat beberapa pendapat diantaranya:
- Syaikh Islam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa Ibadah adalah ketaatan kepada Allah yaitu dengan menjalankan perintah Allah sesuai dengan lisan para Rasul (ala assunnati rasul), dan juga menjauhi larangannya.
- Imam Ibnu Katsir mengatakan bahwa ibadah adalah ketaatan kepada Allah dengan menjalankan apa yang diperintahkan dan menjauhi perkara yang dilarang.
- Secara umum ibadah adalah setiap nama yang mencakup segala hal yang dicintai Allah baik berupa ucapan maupun perbuatan yang nampak maupun yang tidak nampak.
Macam-Macam Ibadah
- Ibadah Lisaniyah (perkataan/ ucapan), Contoh : dzikir, tilawah Qur’an, menjaga lisan, berkata benar, dll.
- Ibadah Jasadiyah (Fisik), Contoh : sholat, zakat, shoum, jihad, dll
- Ibadah Qolbiyah (hati), Contoh : rodja, khouf, sabar, tawakal, mahabah, ikhlas dll.
Rukun Ibadah
Imam Ibnu Qoyyim (dalam
kitabnya), menyebutkan bahwa ibadah dibangun atas dua hal, yakni:
1.
Al-hubbu al kamil
(Kecintaan yang sempurna).
Artinya ketika kita melakukan Ibadah maka ibadah
tersebut haruslah menunjukkan rasa kecintaan dengan sempurna (total/fokus)
hanya untuk Allah, tidak untuk selainnya.
Dalil:
"Katakanlah:
"Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu
cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At-Taubah 9: 24)
"Dan
di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain
Allah, mereka mencintainya
sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat
cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat lalim itu
mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu
kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka
menyesal)." (QS. Al-Baqarah 2: 165)
2.
Ketundukan secara sempurna
Melapangkan hati untuk menerima hukum-hukum dan
ketentuan Allah.
Dalil :
Allah ta’ala berfirman dalam beberapa ayat Al-Qur’an
mengenai hal ini, diantaranya:
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang
mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada
apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut,
padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud
menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya." (QS. Al-Baqarah 2: 60)
"Apabila
dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah
telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang
munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu." (QS. Al-Baqarah 2: 61)
"Maka
demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan
kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak
merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan
mereka menerima dengan sepenuhnya." (QS. Al-Baqarah 2: 65)
Mengenai hal ini Imam malik mengatakan
bahwa segala hal yang diibadahi (baik hanya dengan niat ataupun perbuatan) selain
Allah dinamakan Thagut.
Syarat-Syarat Ibadah
Ada 2 syarat diterimanya ibadah
seorang hamba kepada Rabb-nya.
1.
Niat Ikhlas hanya
ditujukan kepada Allah ta’ala
Dalil :
Allah berfirman mengenai hal ini
dalam ayat al-Qur’an berikut:
"Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang
manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan
kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barang siapa mengharap perjumpaan dengan
Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya". (QS. Al-Kahfi 18: 110)
2.
Mengikuti Sunnah
Rasul (I’tiba’ Rasul)
Banyak dalil Al-Qur’an dan sunnah
yang memerintahkan manusia (umat muslim) untuk mengikuti Rasul, baik dalam ibadah
maupun segala aspek dalam kehidupan, diantaranya:
- QS. An-Nisa 4 : 115
- QS. Al-Maidah 5: 104
- QS. Al-A’raf 7 : 157-158
- QS Al-Ahqaf 46 : 9
- Hadits : “an ummil mu’miniin ummi ‘abdillah ‘Aisyah radhiallahuanha qoolat: “Qoola Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Man ‘amila ‘amala laysa ‘alayhi amrunaa fahuwa roddu” (HR. Muslim)
Syaikh Utsaimin rahimahullah menambahkan
syarat yang juga harus dilakukan seseorang dalam beribadah yakni
bersungguh-sungguh dan tekad yang kuat.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda : “Seorang mukmin yang kuat lebih dicintai dari mukmin yang
lemah, meskipun pada keduanya terdapat kebaikan.”
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam juga bersabda :
اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وِاسْتَعِنْ بِاللهِ
وَلا تَعْجَزْ
“Bersemangatlah untuk meraih segala hal yang bermanfaat bagimu. Mintalah
pertolongan Alloh dan jangan menjadi lemah.” [HR. Muslim no.2664]
Maka dalam beribadah pun dibutuhkan kesungguhan
seorang hamba dalam melaksanakannya, agar meraih kesempurnaan dan kecintaan
Allah dalam ibadahnya.
Urgensi
dan Peranan Ibadah
Dalam kitab Majmu’ Tauhid ada sekitar lima belas
poin, namun yang akan dibahas hanya 6 poin saja, yakni:
1. Ibadah merupakan tujuan pokok diciptakannya jin
dan manusia di muka bumi (QS. Adz-zariyat 51: 56)
2. Ibadah adalah tujuan utama diutusnya para nabi
dan Rasul. Dalil : QS An-Nahl 16 : 36
3. Ibadah adalah aktivitas hidup para malaikat.
(QS. Al-Anbiya 21: 19-20)
4. Ibadah merupakan sifat penduduk jannah. (QS.
Al-Insan 76 : 6)
5. Ibadah dapat menyelamatkan diri dari bujuk rayu
syaitan (QS. Al-Hijr 15 : 42)
6. Ibadah adalah sarana untu mendekatkan diri
kepada Allah (QS. Al-Anbiyaa’ 21: 73)
Dasar-Dasar
Ibadah
1. Al-Hubbu
(kecintaan)
Ibnu Qoyyim rahimahullah menjelaskan wujud kecintaan
kepada Allah sebagai berikut:
-
mencintai apa yang dicintai oleh Allah
-
membenci apa yang dibenci oleh Allah
-
mencintai orang yang dicintai Allah
-
membenci orang yang dibenci Allah
2. Al-Khouf (Rasa Takut)
Ibnu Mas’ud radiallahu ‘anhu berkata dalam sebuah atsar,
“Cukuplah dengan ilmu orang itu akan takut kepada
Allah dan cukuplah orang yang bodoh itu akan ingkar kepada Allah”
Imam Syafi’i mengatakan bahwa “Ilmu itu
mengantarkan seseorang takut kepada Allah”
Takut apabila melanggar perintah dan mengerjakan
larangan Allah bahkan khawatir kalau-kalau semua amalannya tidak bernilai
apapun di sisi Allah.
3. Ar-Roja (Bentuk harap)
Selain hubb dan khouf dalam beribadah harus juga
dibarengi dengan rasa roja (penuh harap) bahwa Allah akan menerima ibadah
hamba, akan diterima taubat, dan akan diampuni dosa-dosanya, Semata karena rahmat
yang Allah berikan buka karena amalnya saja. Maka ketiga hal tersebut harus ada
sebagai dasar dalam melakukan ibadah kepada Allah.
Kaidah
Dalam Ibadah
Ibadah sifatnya adalah tauqifiyah (berdasarkan
wahyu) dari Al-Qur’an dan sunnah bukan hasil karangan/ buatan/ modifikasi akal
manusia.
Dalam kaidah Ushul Fiqih:
“Hukum asal Ibadah adalah haram, kecuali ada dalil
yang memerintahkannya. Sementara hukum asal muamalah (non ibadah) adalah boleh
kecuali ada dalil yang melarangnya”
Jadi dalam rangka beribadah kepada Allah tidak lah
benar jika kita menanyakan dalil pelarangannya, maka yang tepat adalah kita
mencari tahu dalil yang memerintahkan ibadah tersebut baik yang mencakup
tatacara, gerakan, lafadz, waktu, ketentuan, dan bilangannya. Semuanya harus
berdasarkan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah sebagai pembawa risalah yang
diutus oleh Allah. Jangan terbalik!!
Sikap
Kaum Muslimin Terhadap Ibadah
Ada 3 Sikap:
1.
Meremehkan Ibadah
Mereka menganggap remeh, mengurangi atau bahkan
membatasi ruang lingkup ibadah, misalnya ibadah itu hanya dimasjid saja, kalau
sudah diluar itu seperti di kantor, di
sekolah, di pasar, di jalan dll maka itu tidak termasuk dalam rangka beribadah.
Padahal Islam adalah agama yang sempurna mengatur seluruh aktivitas kehidupan
manusia dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi (bahkan untuk urusan seperti
tidur, bangun tidur, tata cara makan, berpakaian, bercermin, mandi, buang air,
duduk, bekerja, berbicara, bercanda, bermain, belajar, bersafar, berjalan, bergaul,
mengurus rumah tangga, dll, semua sudah ada aturan/ adab-adab yang begitu indah
yang dicontohkan oleh Rasulullah bagi yang ingin mencari tau dan mencontohnya).
Oleh karena itu semua aktivitas kehidupan manusia (24 jam) bisa bernilai ibadah
jika dilakukan dengan syarat-syarat yang telah disebutkan.
2. Terlalu Ekstrim (berlebih-lebihan/ ghulu’)
Sikap yang ini adalah menambah-nambahi ibadah yang
sebenarnya tidak dicontohkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.
3. Sikap Pertengahan
Maksud pertengahan adalah beribadah sesuai dengan
tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah yang dicontohkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wa sallam, tanpa mengurangi dan menambah-nambahi.
Penutup
Demikian sedikit dari ringkasan ilmu yang sempat
tercatat saat dauroh dengan tema Ibadah. Masih banyak kekurangan dalam catatan
ini terutama untuk penjelasan dan contoh-contoh realistik yang disampaikan oleh
penyampai serta pertanyaan-pertanyaan para peserta dauroh yang tidak bisa dipublish
dalam tulisan ini.
Semoga Allah memberikan taufiq kepada kita dan
melapangkan hati-hati kita untuk menerima setiap kebenaran dari Al-Qur’an dan
sunnah serta mengamalkannya dalam kehidupan. Barakallahufikum
Wallahu a’lam bishowab.