Kamis, 12 Juli 2012

Ringkasan Catatan Dauroh

Ringkasan Dauroh

Tema : Ibadah
Penyampai : Ust. Hafidudin Hafidzahullah
Tempat : Masjid Jamiat Taqwa Bandar Lampung
Hari/tgl : Rabu/ 4 Juli 2012
Pukul : 09.00-11.00

Tujuan Penciptaan Manusia

Allah berfirman, 
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Az-Zariyat 51: 56)
أَيَحْسَبُ الإنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى 
Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung-jawaban)? (QS. Al-Qiyamah 75: 36)

Imam syafi’i dalam fathul Majid menerangkan ayat diatas bahwa dengan begitu manusia hidup dengan adanya perintah dan larangan dari Allah, yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya apakah perintah-perintah tersebut dikerjakan dan larangan-larangan-Nya ditinggalkan oleh manusia.

Pengertian Ibadah
Ibadah secara bahasa
Pengertian ibadah dari segi bahasa adalah merendahkan, tunduk, patuh.
Imam Al-Qurtubi menyatakan bahwa ibadah adalah ketundukan dan kerendahan

Ibadah secara istilah, terdapat beberapa pendapat diantaranya:
  1. Syaikh Islam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa Ibadah adalah ketaatan kepada Allah yaitu dengan menjalankan perintah Allah sesuai dengan lisan para Rasul (ala assunnati rasul), dan juga menjauhi larangannya.
  2. Imam Ibnu Katsir mengatakan bahwa ibadah adalah ketaatan kepada Allah dengan menjalankan apa yang diperintahkan dan menjauhi perkara yang dilarang.
  3. Secara umum ibadah adalah setiap nama yang mencakup segala hal yang dicintai Allah baik berupa ucapan maupun perbuatan  yang nampak maupun yang tidak nampak.

Macam-Macam Ibadah
  1. Ibadah Lisaniyah (perkataan/ ucapan), Contoh : dzikir, tilawah Qur’an, menjaga lisan, berkata benar, dll.
  2. Ibadah Jasadiyah (Fisik), Contoh : sholat, zakat, shoum, jihad, dll
  3. Ibadah Qolbiyah (hati), Contoh : rodja, khouf, sabar, tawakal, mahabah, ikhlas dll.

Rukun Ibadah
Imam Ibnu Qoyyim (dalam kitabnya), menyebutkan bahwa ibadah dibangun atas dua hal, yakni:
1.    Al-hubbu al kamil (Kecintaan yang sempurna).
Artinya ketika kita melakukan Ibadah maka ibadah tersebut haruslah menunjukkan rasa kecintaan dengan sempurna (total/fokus) hanya untuk Allah, tidak untuk selainnya.
Dalil:

Allah berfirman,
"Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At-Taubah 9: 24)

 "Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat lalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)." (QS. Al-Baqarah 2: 165)

2.  Ketundukan secara sempurna
Melapangkan hati untuk menerima hukum-hukum dan ketentuan Allah.
Dalil :
Allah ta’ala berfirman dalam beberapa ayat Al-Qur’an mengenai hal ini, diantaranya:
 
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya." (QS. Al-Baqarah 2: 60)

 "Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu." (QS. Al-Baqarah 2: 61)


"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (QS. Al-Baqarah 2: 65)

 Mengenai hal ini Imam malik mengatakan bahwa segala hal yang diibadahi (baik hanya dengan niat ataupun perbuatan) selain Allah dinamakan Thagut.

Syarat-Syarat Ibadah
Ada 2 syarat diterimanya ibadah seorang hamba kepada Rabb-nya.
1.    Niat Ikhlas hanya ditujukan kepada Allah ta’ala
Dalil :
Allah berfirman mengenai hal ini dalam ayat al-Qur’an berikut:

"Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya". (QS. Al-Kahfi 18: 110)

2.    Mengikuti Sunnah Rasul (I’tiba’ Rasul)
Banyak dalil Al-Qur’an dan sunnah yang memerintahkan manusia (umat muslim) untuk mengikuti Rasul, baik dalam ibadah maupun segala aspek dalam kehidupan, diantaranya:
  • QS. An-Nisa 4 : 115
  • QS. Al-Maidah 5: 104
  • QS. Al-A’raf 7 : 157-158
  • QS Al-Ahqaf 46 : 9
  • Hadits : “an ummil mu’miniin ummi ‘abdillah ‘Aisyah radhiallahuanha qoolat: “Qoola Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Man ‘amila ‘amala laysa ‘alayhi amrunaa fahuwa roddu” (HR. Muslim)
 Syaikh Utsaimin rahimahullah menambahkan syarat yang juga harus dilakukan seseorang dalam beribadah yakni bersungguh-sungguh dan tekad yang kuat.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Seorang mukmin yang kuat lebih dicintai dari mukmin yang lemah, meskipun pada keduanya terdapat kebaikan.”

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :
اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وِاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلا تَعْجَزْ
“Bersemangatlah untuk meraih segala hal yang bermanfaat bagimu. Mintalah pertolongan Alloh dan jangan menjadi lemah.” [HR. Muslim no.2664] 

Maka dalam beribadah pun dibutuhkan kesungguhan seorang hamba dalam melaksanakannya, agar meraih kesempurnaan dan kecintaan Allah dalam ibadahnya.

Urgensi dan Peranan Ibadah
Dalam kitab Majmu’ Tauhid ada sekitar lima belas poin, namun yang akan dibahas hanya 6 poin saja, yakni:
1. Ibadah merupakan tujuan pokok diciptakannya jin dan manusia di muka bumi (QS. Adz-zariyat 51: 56)
2. Ibadah adalah tujuan utama diutusnya para nabi dan Rasul. Dalil : QS An-Nahl 16 : 36
3. Ibadah adalah aktivitas hidup para malaikat. (QS. Al-Anbiya 21: 19-20)
4. Ibadah merupakan sifat penduduk jannah. (QS. Al-Insan 76 : 6)
5. Ibadah dapat menyelamatkan diri dari bujuk rayu syaitan (QS. Al-Hijr 15 : 42)
6. Ibadah adalah sarana untu mendekatkan diri kepada Allah (QS. Al-Anbiyaa’ 21: 73)

Dasar-Dasar Ibadah
1.  Al-Hubbu (kecintaan)
Ibnu Qoyyim rahimahullah menjelaskan wujud kecintaan kepada Allah sebagai berikut:
-          mencintai apa yang dicintai oleh Allah
-          membenci apa yang dibenci oleh Allah
-          mencintai orang yang dicintai Allah
-          membenci orang yang dibenci Allah

2. Al-Khouf  (Rasa Takut)
Ibnu Mas’ud radiallahu ‘anhu berkata dalam sebuah atsar,
“Cukuplah dengan ilmu orang itu akan takut kepada Allah dan cukuplah orang yang bodoh itu akan ingkar kepada Allah”

Imam Syafi’i mengatakan bahwa “Ilmu itu mengantarkan seseorang takut kepada Allah”
Takut apabila melanggar perintah dan mengerjakan larangan Allah bahkan khawatir kalau-kalau semua amalannya tidak bernilai apapun di sisi Allah.

3. Ar-Roja (Bentuk harap)
Selain hubb dan khouf dalam beribadah harus juga dibarengi dengan rasa roja (penuh harap) bahwa Allah akan menerima ibadah hamba, akan diterima taubat, dan akan diampuni dosa-dosanya, Semata karena rahmat yang Allah berikan buka karena amalnya saja. Maka ketiga hal tersebut harus ada sebagai dasar dalam melakukan ibadah kepada Allah.

Kaidah Dalam Ibadah
Ibadah sifatnya adalah tauqifiyah (berdasarkan wahyu) dari Al-Qur’an dan sunnah bukan hasil karangan/ buatan/ modifikasi akal manusia.
Dalam kaidah Ushul Fiqih:
“Hukum asal Ibadah adalah haram, kecuali ada dalil yang memerintahkannya. Sementara hukum asal muamalah (non ibadah) adalah boleh kecuali ada dalil yang melarangnya”

Jadi dalam rangka beribadah kepada Allah tidak lah benar jika kita menanyakan dalil pelarangannya, maka yang tepat adalah kita mencari tahu dalil yang memerintahkan ibadah tersebut baik yang mencakup tatacara, gerakan, lafadz, waktu, ketentuan, dan bilangannya. Semuanya harus berdasarkan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah sebagai pembawa risalah yang diutus oleh Allah. Jangan terbalik!!

Sikap Kaum Muslimin Terhadap Ibadah
Ada 3 Sikap:
1.    Meremehkan Ibadah
Mereka menganggap remeh, mengurangi atau bahkan membatasi ruang lingkup ibadah, misalnya ibadah itu hanya dimasjid saja, kalau sudah diluar itu  seperti di kantor, di sekolah, di pasar, di jalan dll maka itu tidak termasuk dalam rangka beribadah. Padahal Islam adalah agama yang sempurna mengatur seluruh aktivitas kehidupan manusia dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi (bahkan untuk urusan seperti tidur, bangun tidur, tata cara makan, berpakaian, bercermin, mandi, buang air, duduk, bekerja, berbicara, bercanda, bermain, belajar, bersafar, berjalan, bergaul, mengurus rumah tangga, dll, semua sudah ada aturan/ adab-adab yang begitu indah yang dicontohkan oleh Rasulullah bagi yang ingin mencari tau dan mencontohnya). Oleh karena itu semua aktivitas kehidupan manusia (24 jam) bisa bernilai ibadah jika dilakukan dengan syarat-syarat yang telah disebutkan.

2. Terlalu Ekstrim (berlebih-lebihan/ ghulu’)
Sikap yang ini adalah menambah-nambahi ibadah yang sebenarnya tidak dicontohkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.

3. Sikap Pertengahan
Maksud pertengahan adalah beribadah sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah yang dicontohkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, tanpa mengurangi dan menambah-nambahi.

Penutup
Demikian sedikit dari ringkasan ilmu yang sempat tercatat saat dauroh dengan tema Ibadah. Masih banyak kekurangan dalam catatan ini terutama untuk penjelasan dan contoh-contoh realistik yang disampaikan oleh penyampai serta pertanyaan-pertanyaan para peserta dauroh yang tidak bisa dipublish dalam tulisan ini.

Semoga Allah memberikan taufiq kepada kita dan melapangkan hati-hati kita untuk menerima setiap kebenaran dari Al-Qur’an dan sunnah serta mengamalkannya dalam kehidupan. Barakallahufikum

Wallahu a’lam bishowab.