Senin, 05 Desember 2011

Ukhti Tolong Jaga Izzah Muslimah

Jangan Seneng Digenitin Ikhwan 

"udah gw dipanggil "dek", dia menyebut dirinya "mas", ditambah lagi dikasih coklat pas milad. Dan sempurnalah ke-GR-an si akhwat."

Pernah ngalamin kayak di atas? GR setengah mati karena sms-nya senantiasa berhias emoticon smile. Atau karena disemangatin pas mau ujian. Atau dikasih taujih, nasihat-nasihat yang menyejukkan. trus senyum-senyum di depan layar HP atau laptop?
Ahahaha.. Ayo jujuur, jujuuuur..  :p

Sebenernya ini adalah kondisi rawan buat akhwat. Awalnya gw malu nulis tentang ginian, tapi trnyata yang ngalamin ini banyak juga. Dan semuanya lebih memilih diam dan gak nyeritain ke siapa-siapa. Tapi gw mau cerita aja. Biar jadi pelajaran. Mungkin salah satu penyebab kegalauan para akhwat adalah perilaku-perilaku genit para ikhwan.

Kalo pernah ada tulisan "Jadi Ikhwan Jangan Cengeng", maka gw pengennya nulis "Jadi Ikhwan Jangan Genit" begitu juga dengan akhwat: Jangan Seneng Digenitin Ikhwan.. *haha aneh* ..
Memang susah sih kalo ngomongin interaksi ikhwan-akhwat, banyak yg bilang relatif dan punya standar-nya sendiri-sendiri. Misal, ada yg ngerasa nggak perlu pake hijab-hijaban soalnya hijab hati lebih penting. Ada yg bilang gak perlu ada jam malam sms-an, soalnya yg penting adalah menjaga diri dari konten sms. Disini kita ngomongin maslahat dan mudharat aja deh.

Sekarang udah era sms, chat, fb, twitter, dan bbm.  Era imajinasi emosi lewat emoticon. Setiap orang bebas menerka-nerka gaya bicara dan ekspresi emosi dari kawan yang jadi lawan bicara. Interaksi ikhwan-akhwat kalo ngga hati2 emang bisa kebablasan. Ngebayangin yang nggak-nggak. GR tanpa alasan yang jelas. Salah satu penelitian menunjukkan, semakin malam komunikasi laki-laki dan perempuan, maka konten pembicaraan akan semakin intim.

Trus gimana nih?
Ukhti-ukhti. Gw punya kesimpulan (bisa setuju atau ngga) bahwa beberapa ikhwan berperilaku genit bukan berarti niatnya mau genit. Tapi emang gaya bicaranya pada semua cewe kayak gitu. Nah yang kayak gini emang mesti diingetin si ikhwan itu. Misal ikhwan senior yg sering nyebut dirinya "mas" dan memanggil kita dengan sebutan "dek".
Misal di sms isinya gini:
"iya dek. Mas juga gak bisa hadir. Cepet sembuh ya :)"

Hahaha sebenernya isi sms ini bisa jadi netral, tapi kalo si akhwat pas lagi ada feeling gmana? Apalagi kalo si ikhwan itu ketua lembaga, berwibawa, dan berpenampilan tawadhu'. Udah deh jurus syaitan bermain-main. Padahal si ikhwan ga maksud apa-apa. Jangan salah kalo banyak akhwat yg GR dgn sms yang kayak begitu-gitu.
 "Ah itu akhwatnya aja yg ga bisa hati-hati jaga hati"
Nah emang itulah inti dari notes ini. Akhwat mesti pinter-pinter jaga hati. Harus pinter-pinter jaga izzah. Jangan mudah GR dan yakini segera kalau itu godaan setan.  Jangan seneng "digodain" ikhwan yang belum tentu jodoh kita. Bayangin aja pas lagi GR-GR-nya pada seorang ikhwan, besoknya ada ikhwan lain nan shalih yg ngelamar.  Malu sama Allah, malu sama diri sendiri!

Terkadang pula akhwat mudah terpukau dengan ikhwan yg sering berada di ruang publik. Terkenal (walaupun mungkin nggak cakep-cakep amat hehe), bahasanya santun, cerdas, berprestasi, rajin ngasih taujih di forum, aktivis, relawan, dan sederet kebaikan-kebaikan lainnya.  Langsung deh tiba-tiba berdoa "Ya Allah karuniai hamba jodoh yang minimal seperti dia". Nggak salah sih. Cuma gw tiba-tiba inget dengan kata-kata ustadz "Jangan gampang terpukau sama laki-laki yang manis kata-katanya, kemudian mematok dialah standar minimal jodoh saya. Justru mereka yg di ruang publik lebih besar peluang dosanya, peluang riya' dan ujub-nya. Bisa jadi yang biasa2 aja dan tidak terkenal lebih halus hatinya, lebih shalih, lebih dicintai Allah"

Jodoh itu datang: siapa dan bagaimana caranya adalah rahasia Allah. Tapi itu bergantung pula pada bagaimana kita menjaga izzah. Menjaga kehormatan kita sebagai muslimah. Dan gerak-gerik hati ini hanya Allah yang tahu. :)

Wallahu a'lam bish shawwab..



*Tulisan ini ditulis oleh akhwat, dengan perspektif akhwat, diperuntukan bagi akhwat. Dan lebih khususnya untuk akhwat yang belum nikah. Ikhwan yang kebetulan baca dilarang protes*

'sumber : Blog Secangkir Makna Surga'

Ilmu sebagai dasar membentuk rumah tangga



Ilmu Sebagai Landasan Untuk Membentuk Rumah Tangga

Karena nikah merupakan amalan yang sangat mulia di sisi Allah Subhaanahu wa Ta’ala dan merupakan rangkaian dari ibadah, maka menikah dalam Islam bukan hanya untuk bersenang-senang atau mencari kepuasan kebutuhan biologis semata. Akan tetapi seharusnyalah pernikahan dilakukan untuk menimba masyarakat kecil yang shalih yaitu rumah tangga dan masyarakat luas yang shalih pula sesuai dengan Al-Qur’an dan As Sunnah menurut pemahaman As Shalafus Shalih.

Perlu diketahui bahwa sesungguhnya pasangan suami isteri dalam kehidupan berumah tangga akan menghadapi banyak problem dan untuk mengatasinya perlu ilmu. Dengan ilmu, pasangan suami istri tahu apa tujuan yang akan dicapai dalam sebuah pernikahan yaitu untuk beribadah kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala, dan dalam rangka mencari ridha-Nya semata.

Di samping itu juga dengan ilmu sepasang suami-istri sama-sama mengetahui hak dan kewajibannya. Sehingga jalannya bahtera rumah tangga akan harmonis dan baik.

Pentingnya Ilmu dalam Pernikahan


Pernikahan adalah hal yang fitrah….. didambakan oleh setiap orang yang normal, baik itu laki-laki maupun perempuan yang sudah baligh. Dan disyariatkan oleh Islam, sebagai amalan sunnah bagi yang melaksanakannya.

Allah Subhaanahu wa Ta’ala menciptakan manusia dengan rasa saling tertarik kepada lawan jenis dan saling membutuhkan, sehingga dengan itu saling mengasihi dan mencintai untuk mendapatkan ketenangan dan keturunan dalam kehidupannya. Bahkan pernikahan adalah merupakan rangkaian ibadah kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala yang di dalamnya banyak terdapat keutamaan dan pahala besar yang diraih oleh pasangan tersebut.

Walaupun demikian, banyak kita jumpai pada saudara-saudarai kita tealah salah menilai suatu pernikahan, bahkan di kalangan mereka tidak mengerti ilmu sekalipun.Langkah awal melakukan pernikahan didasari karena ingin lari dari suatu problem yang sedang dialami. Sebagai contoh kasus dibawah ini:

Siapa suami mu di Surga?

Saudariku muslimah, tahukah kamu siapa suamimu di surga kelak?(1)

Artikel di bawah ini akan menjawab pertanyaan anti. ini bukan ramalan dan bukan pula tebakan, tapi kepastian (atau minimal suatu prediksi yang insya Allah sangat akurat), yang bersumber dari wahyu dan komentar para ulama terhadapnya. Berikut uraiannya:

Perlu diketahui bahwa keadaan wanita di dunia, tidak lepas dari enam keadaan:
1. Dia meninggal sebelum menikah.
2. Dia meninggal setelah ditalak suaminya dan dia belum sempat menikah lagi sampai meninggal.
3. Dia sudah menikah, hanya saja suaminya tidak masuk bersamanya ke dalam surga, wal’iyadzu billah.
4. Dia meninggal setelah menikah baik suaminya menikah lagi sepeninggalnya maupun tidak (yakni jika dia meninggal terlebih dahulu sebelum suaminya).
5. Suaminya meninggal terlebih dahulu, kemudian dia tidak menikah lagi sampai meninggal.
6. Suaminya meninggal terlebih dahulu, lalu dia menikah lagi setelahnya.

Berikut penjelasan keadaan mereka masing-masing di dalam surga: