Kamis, 19 Januari 2012

Wahai Ayahanda Dengarlah!! (Part 2)

Oleh: Syaikh Salim Al ‘Ajmiy hafizhohullaah

Dan salah satu musibah yang merisaukan, sumber kebinasaan yang menghancurkan, yang membuat hati ini meleleh karena sedih dan pedih: perbuatan sebagian orang yang memasukkan “satelite” ke dalam rumahnya. Secara sadar atau tidak sadar, ia telah mengajak keluarganya kepada keburukan, penyimpangan, mengenal hal-hal yang menyebabkan kecurigaan, menghidupkan perbuatan-perbuatan rendah, dan membunuh perilaku-perilaku luhur.

Engkau dapatkan di dalam rumah itu seorang gadis yang belum menikah, atau mungkin yang sudah telat menikah, atau seorang gadis belia yang masih belum tahu apa-apa soal dunia, lalu orang tadi menanamkan alat ini di rumahnya, maka “satelite” ini pun menjadikan naluri itu menyala-nyala, membuat perasaan itu berkobar-kobar, dan memudahkan siapapun untuk terjerembab dalam kesalahan. Akibat tayangan-tayangan yang membangkitkan syahwat dan film-film yang menggoda hasrat. Kalau gadis itu tidak menemukan jalan untuk memenuhi hasratnya secara halal, maka ia akan berusaha mencari hal-hal yang haram, yang diajarkan oleh “satelite” ini tentang bagaimana mendapatkannya dengan cara yang mudah.

Dan bisa jadi, perempuan ini adalah seorang istri yang tidak mendapatkan perhatian dari suaminya. Sedang suaminya itu melalaikannya dengan sering berada di tempat-tempat hiburan atau kantor. Atau mungkin sedang bergaul dengan para pelacur dan perempuan rendahan. Maka sang istripun duduk bergelut dengan dua perkara: antara sebuah “satelite” yang menggelorakan perasaannya dengan menayangkan postur indah laki-laki, dan seorang suami hidung belang yang lalai dan sibuk dengan kesenangannya sendiri. Maka ia pun tidak menemukan jalan lain selain dengan menjatuhkan diri dalam kesalahan.

Di sini kami tidak sedang mempermudah kaum wanita untuk melakukan penyimpangan dan kami tidak sedang membela mereka untuk itu. Akan tetapi kami menceritakan kenyataan yang ada, dengan harapan semoga hal itu dicermati oleh para lelaki yang khawatir kalau kehormatan mereka akan terkotori.

Maka berapa banyak orang yang memasukkan “satelite” ke rumah, lalu itu menyebabkan perilaku putra putri mereka berubah. Mulailah putri-putri mereka sering menenteng handphone, membantah orang tua mereka, bersikap kelaki-lakian terhadap saudara atau suami mereka. Apakah orang yang memasukkan “satelite” ini tidak melihat perubahan itu?

“Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).”

Ada sekian orang yang menghadirkan “satelite” ini ke rumah mereka dengan tidak menyadari akibat perbuatan tersebut, maka mereka kemudian menuai kerendahan dan kehinaan, kecelakaan dan kehancuran. Mereka telah membangkitkan naluri dan menggelorakan hati putri-putri mereka, hingga putri-putri mereka itu pun terperosok dalam kesalahan. Coreng morenglah wajah yang tadinya putih, dan tertunduk hinalah kepala yang tadinya lurus tegak, lalu merekapun meratapi nasib pahit itu. 

Maka terdengarlah teriakan menyedihkan yang menjawab mereka:
"Sudah cukup celaan itu ayah, engkaulah yang tercela
Cukup sudah, kini tak ada lagi gunanya mencela
Merintihlah keiffahanku dan mengaduhlah kesucianku
Mata ini dengan pedihnya terpejam rasa malu
Ayah, dulu mutiara kesucian adalah celak mataku
Kini dengan air mata terhapus sudah celak itu
Aku adalah seorang perawan, wahai ayahanda!
Yang nampak kotor di mata mereka yang mulia
Panah kehinaan tertancap dalam keiffahanku
Namun, apa yang engkau tahu tentang panah itu?
Yah, siapakah orang yang bisa menerima kenyataanku
Sedang di rahim ini menggeliat hasil perbuatan haram itu
Yah, siapakah yang akan menerimaku sebagai gadisnya
Sedang di mata orang aku sudah sedemikian tercela
Luka badan akan sembuh lama-lama
Namun luka kehormatan tidak ada sembuhnya
Ayah, inilah keiffahanku, maka jangan cela aku
Ia terkotori yang haram karena perbuatanmu
Kau tanam di rumah kita piringan kefasikan
Buahnya, wahai ayah, racun dan kematian
Kekufuran dan penyimpangan mengobarkan api
Yang ikut menyalakan gejolak di mata naluri kami
Kami tonton kisah kasih asmara
Kami pun penasaran, apakah itu cinta?
Bermacam gaya sensual mereka kuasai
Nafsu di hati orang yang menyaksikannya pun menjadi-jadi
Seakan telah engkau sediakan seorang pelacur
Yang menggoda kami ketika orang pergi tidur
Kalau saja batu itu punya hati, ayah
Tentu ia akan terangsang, apalagi manusia, yah
Engkau menghardikku atas terlepasnya kesucianku
Padahal kaulah yang mestinya dihardik, kalau kau tahu
Ayah, telah kau hancurkan aku dan kini kau menangisi
Reruntuhan puing sambil berkata: mengapa ini bisa terjadi?
Ayah, darah kesucianku inilah buah yang kau petik
Maka siapakah di antara kita yang seharusnya dihardik?”

Maka adakah orang yang tersadar sebelum musibah itu terjadi, dan sebelum kecelakaan itu menimpa? Mengapakah kita tidak mengambil pelajaran dari orang lain. Apakah kita menunggu untuk dijadikan pelajaran oleh orang lain? Keluarkanlah piringan-piringan yang disodorkan oleh bangsa Barat busuk itu, yang lalu disimpan oleh rumah-rumah kalian. Apakah kalian menunggu sampai putri kalian keluar dengan teman laki-lakinya meskipun kalian tidak suka? Apakah kalian ingin ia membawa teman laki-lakinya itu ke rumah? Inilah yang diajarkan oleh “satelite” itu, maka sadarlah..!
Sekalipun musibah yang ditimbulkan oleh “satelite” ini begitu besar, namun ia mulai nampak remeh di depan fitnah internet!

Ini membuktikan kebenaran hadis Rasulullah shollallaahu’alayhiwasallam: 

“Akan datang fitnah-fitnah yang sebagiannya membuat sebagian yang lain menjadi nampak kecil”. Maksudnya, setiapkali datang suatu fitnah, maka fitnah yang sesudahnya membuatnya nampak remeh, dan kelihatan kecil padahal tidak kecil. Tapi karena begitu besarnya fitnah yang datang kemudian itu.

Apakah kalian tahu, apa internet itu?
Ia adalah alat yang menghubungkanmu dengan dunia, dari utara sampai selatan, dari timur ke barat. Maka kamu bisa membaca apa saja yang kau mau. Kamu bisa masuk ke saluran apa saja yang kau suka. Di dalamnya ada pemandangan dan perkataan apa saja tanpa batas. Internet ini sudah sedemikian banyak menghancurkan pemudi-pemudi. Maka berubahlah tingkah laku mereka. Mulailah mereka menjalin pertemanan dengan pemuda-pemuda melalui chat. Dan mulailah terjalin hubungan yang maksud di belakangnya tidak lain adalah perbuatan keji dan merusak kehormatan.

Maka wahai orang-orang yang memiliki kecemburuan, bagaimana kalian bisa mengizinkan putri-putri kalian menceburkan diri dalam lautan internet? Di manakah sikap melindungi kalian? Di manakah kecemburuan kalian? Di manakah kesatriaan kalian? Tidak cukupkah kerusakan yang ada di jalan-jalan sekeliling, sehinga kalian menyodorkan untuk putri kalian kerusakan seluruh dunia (yang ada di internet -pent)?

Dan yang mengherankan juga adalah orang yang mengizinkan perempuan-perempuannya masuk ke kafe-kafe internet dengan alasan membuat kajian sekolah. Bagaimana engkau mengizinkan wanita-wanita-muhrim-mu untuk berikhtilat dengan pemuda-pemuda kafe yang sebagian besarnya datang tidak lain untuk berbuat kerusakan dan berselancar di situs-situs kehinaan??

Dan salah satu hal yang sudah umum dan jamak, yang merobohkan prinsip dan nilai, yang orang tak lagi bisa berkata apa-apa tentangnya dan menciut sudah semua ungkapan di hadapannya: mengizinkan anak-anak perempuan untuk berikhtilat di sekolah ataupun di tempat kerja!

Dan masalah ini, apa yang harus kita katakan tentangnya dan apa yang seharusnya tidak kita katakan? Dan bagaimana kita memulainya dan di mana kita akan selesai? Semua yang berkaitan dengannya membuat sedih. Dan semua yang berkenaan dengannya membuat pedih.
Malam penuh duka ataukah pagi yang sarat dengan pilu
Sungguh, betapa banyak yang berlaku buruk padamu, wahai negriku
Kuratapi kaumku atau kudiamkan saja rasa sakitku
Sebuah duri di tenggorokanku dan setumpuk gunung dalam hatiku

Sesungguhnya ikhtilat adalah sebab setiap keburukan, dan pengantar menuju hilangnya kehormatan dan lenyapnya kemuliaan. Berapa banyak pemudi yang ketika masuk (sekolah atau tempat kerja -pent) berpakaian sopan, namun kemudian bertabarruj. Yang tadinya cerdas, namun kemudian dihinggapi kebodohan. Tidakkah walinya menanyakan dirinya sendiri apakah sebab itu semua? Ataukah sebenarnya dia melihat namun kemudian memejamkan mata. Karena terpikir olehnya untuk bisa memetik hasil gaji putrinya, atau terlepas dari kewajiban memberinya nafkah, atau alasan lain yaitu “ad dayatsah”.

Demi Allah, bagaimana dengan seorang perempuan yang berikhtilat dengan seorang laki-laki asing, apakah mungkin kalau ia tidak akan cenderung pada laki-laki itu? Seorang pemudi duduk bersama seorang pemuda dalam satu kamar atau satu ruang pertemuan, apakah engkau tidak mengira bahwa sebenarnya engkau menuntutnya untuk melakukan suatu hal yang mustahil?

Sesungguhnya ikhtilat itu mengakibatkan kecenderungan. Dan kecenderungan itu membuahkan hubungan haram yang setelahnya si pemudi itu akan menuai kerendahan dan kehinaan. Bagaimana seorang yang membiarkan perempuannya di tengah-tengah anak muda bisa menilai dirinya sebagai seorang laki-laki? Sedang anak-anak muda itu mencium aroma wangi perempuannya itu, menikmati merdu suaranya dan memperhatikan setiap gerak-geriknya? Apakah ini bukan “dayaatsah”?

Rasulullah shollallahu’alayhiwasallam bersabda: “Tidak akan masuk sorga seorang laki-laki dayyuuts”. Dan “dayyuuts adalah orang yang tidak punya rasa cemburu sedikitpun terhadap muhrim-muhrimnya.

Mengapakah sebagian orang menjadi sedemikian buta dan tuli?

Awas wahai orang yang lalai! Putrimu duduk bersama para lelaki! Tahukah kamu apa artinya itu? Jangan kalian menuntut sesuatu yang mustahil dari para wanita yang lemah itu. Perempuan itu perasaannya sensitif. Bisa saja ia duduk bersama pemuda yang telah mencuri hatinya, walaupun pemuda itu tidak bermaksud apa-apa. Dan bisa jadi ia adalah seorang perempuan yang tidak mendapatkan perhatian suaminya. Lalu ia menemukan seorang yang bersikap mesra kepadanya dan mempermainkan perasaannya yang sedang kosong, maka iapun tergiring dalam kerendahan.

Maka bertakwalah kepada Allah terhadap qalbunya para perawan
Karena para perawan itu qalbu mereka diliputi kekosongan
Sekali kuda jantan meringkik, ia akan didekati kuda betina. Sekali unta jantan menggeram, ia akan diinginkan oleh unta betina. Dan sekali kambing jantan mengembik, ia akan diminta oleh kambing betina. Dan dulu ada pepatah: “kalau kuda jantan meringkik, kuda betina akan menaruh perhatian padanya”. Lalu bagaimana dengan seorang laki-laki yang duduk bersama seorang perempuan selama satu tahun penuh, di satu meja dan di satu majlis?

Jangan kalian bilang seperti yang dikatakan oleh orang-orang bodoh yang tidak punya sikap kesatriaan: ini adalah berburuk sangka. Sesungguhnya ini adalah kenyataan yang sebenarnya. Maka bilang saja: kami sudah ciut, dan tak lagi mampu menghantam para penganut kebatilan. Dan jangan ia katakan: ini adalah berburuk sangka. Marilah kita mengakui realitas ini.

Salah satu akibat dari ikhtilat ini adalah hubungan pacaran yang sudah sedemikian biasa. Bisa jadi engkau tidak dapat menemukan -kecuali sedikit sekali- laki-laki yang tidak punya pacar. Pacaran sudah begitu menyebar, perselingkuhan sudah sedemikian banyak, perilaku bodoh semakin meningkat khususnya di antara para suami istri. Siapa yang membuka telinganya untuk mendengar keluhan banyak orang, akan mengetahui apa yang tidak diketahui oleh orang lain.

Apakah kalian tahu bahwa sudah biasa untuk sebagian orang, kalau laki-laki itu punya selingkuh? Dan ini tidaklah seberapa dibandingkan musibah orang yang menganggap perempuan yang berselingkuh itu adalah juga hal biasa! Sedangkan Allah menjadikan sifat-sifat wanita beriman itu adalah bahwa mereka
“..wanita-wanita yang memelihara diri, bukan pezina dan bukan (pula) wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya..”
Yaitu sebagai selingkuh dan pacar.

Para tuan sekalian,
Sesungguhnya orang-orang munafik hendak melepas penutup dari perempuan-perempuan kalian. Dan para sekularis berusaha siang malam untuk itu. Salah seorang dari mereka menulis: “Hobiku adalah memacari perempuan-perempuan dari keturunan baik-baik”. Dan yang lainnya berkata: “Hendaknya kalian mencari perempuan-perempuan dari keturunan baik-baik, karena mereka tidak mengidap AIDS”.
Dan kalian tahu apa yang mereka maksud dan yang mereka tuju.
Mereka menghendaki kalian wahai orang-orang yang masih tetap berada dalam kebaikan! Mereka ingin merendahkan kepala-kepala kalian yang tegak tinggi itu. Sungguh, betapa bodohnya orang yang menuruti mereka.
 
Jangan kalian bilang bahwa aku terlalu berlebih-lebihan. Sudah berapa banyak bayi-bayi temuan yang dibuang ke trotoar-trotoar jalan, tong-tong sampah atau pintu-pintu masjid. Sebagiannya bahkan ada yang dibunuh tanpa dosa apa-apa. Apakah ia hasil dari hubungan halal ataukah haram?
 
Saudara-saudaraku, sesungguhnya kita sedang berada di masa krisis akhlak yang sudah mencapai titik paling nadir!

Maka apakah kita sedang menunggu hari di mana seorang laki-laki berusaha mencari istri yang terjaga iffahnya namun tidak ia temukan? Sebagian wanita sudah kehilangan rasa malu akibat kelemahan mereka dan tidak adanya orang yang mengawasi. Sebagian mereka ketika sampai di tempat studi yang tidak jelas, menanggalkan hijab syar’iy yang mereka kenakan sebagai penutup kemudian bertabarruj seperti wanita-wanita rendahan. Apa yang mendorong mereka melakukan hal itu? Lemahnya pendidikan dan minimnya pengawasan.

Bocah-bocah perempuan di sekolah menenteng-nenteng handphone! Untuk apa? Kenapa? Pertanyaan-pertanyaan yang butuh jawaban.
 
Kita harus mengkoreksi diri dalam mendidik putri-putri kita. Karena sesungguhnya pendidikan itu adalah batu dasar pertama sebuah perilaku yang baik.

“Kalau luka yang sudah dibalut menjadi rusak
Jelas sudah kalau si tabib menyepelekan”

Periksalah buku-buku putri kalian dan perhatikan isi tas sekolah mereka. Bukan untuk mencurigai. Akan tetapi untuk sungguh-sungguh menjaga benteng ini jangan sampai ia dipanjat orang. Dan jangan sampai kehormatan ini direndahkan orang. 
Rasulullah shollallahu’alayhiwasallam bersabda: “Cukuplah menjadi dosa bagi seseorang, dengan tidak mempedulikan orang-orang yang ia tanggung nafkahnya”.

“Kalaulah seorang itu terjaga kehormatannya
Maka pakaian apapun yang ia kenakan, indah rupanya
Dan kalau kau tak pernah menganjurkan dirimu berbuat kebaikan
Maka tidak ada jalan bagimu untuk mendapatkan baiknya pujian”
Baarokallaahu lii wa lakum fil qur`aanil ‘azhiim…

(Bersambung insya Allah)

Diterjemahkan oleh tim redaksi akhwat.web.id dari tautan: http://www.salemalajmi.com/main/play.php?catsmktba=138

Jagalah Permata Hati Kalian! (part1)

Oleh: Syaikh Salim al ‘Ajmiy hafizhohullaah.

Segala puji bagi Allah di bumi dan langit-Nya. Pengabul doa orang yang berdo’a dengan nama-nama-Nya. Yang hanya Dia yang memiliki kemampuan penakluk. Dan hanya Dia yang memiliki kekuatan tak terkalahkan. Dialah Allah yang tiada sembahan yang haq selain-Nya. Baginya segala puji di dunia dan di akhirat.

Dia telah memberi hamba-hamba-Nya petunjuk, dengan keimanan, kepada jalan kebenaran. Dan memberi mereka tawfiq kepada bekal paling bermanfaat di akhirat. Hanya Dialah yang mengetahui yang ghaib. Sehingga Dia mengetahui yang disimpan ataupun diungkapkan oleh setiap hamba-Nya. Bertasbih kepada-Nya segala sesuatu di langit dan bumi dan begitu juga burung-burung yang mengembangkan sayapnya. Dia Maha Tahu sholat dan tasbih mereka semua.

Semoga sholawat dan salam senantiasa Allah limpahkan kepada orang yang telah Ia angkat dengan pilihan-Nya ke tempatnya yang tinggi. Dan yang telah Ia utus kepada seluruh manusia dengan agama yang lurus dan hanif. Dan yang telah ia jadikan sebagai manusia paling mulia di antara orang-orang yang terdahulu dan yang akan datang. Dan telah Ia kirimkan dengan petunjuk dan agama kebenaran untuk Ia jayakan agama itu di atas agama-agama lain, walaupun orang-orang musyrik membencinya.
Amma ba’du.

Sesungguhnya Allah subhaanahu wa ta’aalaa dengan ketinggian hikmah-Nya dan kesempurnaan nikmat-Nya, telah memuliakan agama Islam dan mensucikannya dari kotoran. Dan telah menjadikan penganutnya sebagai umat terbaik untuk seluruh manusia. Serta telah menjadikan para wali-Nya sebagai sebaik-baik dan sedekat-dekatnya hamba. Mereka memelihara batasan-batasan-Nya dan bersabar. Mereka menyeru manusia kepada-Nya dan memberi peringatan. Dan mereka itu takut kepada Tuhan yang ada di atas mereka serta mengerjakan apa yang diperintahkan. Dengan ayat-ayat Tuhan mereka beriman. Kepada keridhoan-Nya mereka bergegas. Dan terhadap orang-orang yang keluar dari agama-Nya mereka berjihad. Serta kepada para hamba-Nya mereka bersungguh-sungguh untuk bersikap tulus. Dan di atas ketaatan kepada-Nya mereka bersabar. Kepada Tuhan mereka bertawakkal. Dengan akhirat mereka beriman. Mereka itulah yang berada di atas petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Namun ada sebagian orang yang telah Allah angkat derajat mereka dengan Islam, tapi mereka malah menghendaki kehinaan dengan menyimpang dari jalan yang lurus. Dan sebagian orang yang telah diberikan cahaya dalam menempuh jalan kehidupan ini, malah menghendaki hidup dalam kegelapan.

“Adalah suatu keanehan, dan yang aneh itu berupa-rupa
Yang dibutuh dekat tapi tak terjangkau dia
Bak unta mati kehausan di padang sahara
Padahal air di punuknya ia bawa-bawa”

Kenyataan tragis dan buruk yang kita temukan sekarang membuat kita khawatir akan masa depan.
Mesti kita akui bahwa kita terhanyut dalam arus yang silih berganti. Arus yang satu lebih kuat dari yang lain.

Dan para musuh kebaikan terus saja berusaha mendapatkan cara dan taktik untuk mengeluarkan para wanita Islam dari pagar iffah dan kemuliaan ke lumpur kebejatan dan kotoran.
Musibah yang lebih besar dan kengerian yang lebih dahsyat adalah bahwa banyak orang yang tertipu dengan taktik-taktik, kebatilan-kebatilan dan rencana-rencana jahat mereka. Maka norma-norma dasar pun roboh dan rasa cemburu menjadi lemah. Dan yang membuat hati bertambah duka dan sedih adalah bahwa sebagian orang bahkan menghanyutkan diri mereka dalam arus yang menyimpang ini dengan sengaja dan sadar atas kehancuran yang diakibatkannya. Sedang sebagian yang lain telah dihinggapi kelalaian sehingga tak ada kesadaran ataupun pikiran.

Kalau kau tidak tahu maka itu adalah petaka
Sedang jika kau tahu maka petakanya lebih besar lagi jadinya
Sudah pasti dan tak diragukan lagi, bahwa marabahaya yang sekarang ini kita sedang ada di dalamnya, hanyalah sebuah pendahuluan atas bahaya-bahaya lain yang lebih besar dan lebih dahsyat lagi, selama kita masih saja terus lalai.

Sekarang ini para wanita sudah sangat meremehkan perkara hijab. Dan akibat di belakang itu hanyalah banyaknya keburukan-keburukan yang mereka lakukan, pelanggaran batasan-batasan adab dan moral, dan kefasikan-kefasikan serta kerusakan. Ini adalah hal yang nampak jelas bagi semua orang.

Maka apa yang akan kita bicarakan? Dan dengan apa kita memulai?
“Kalau hanya satu panah tentu bisa kuhindari
Tapi ini satu panah, dua, tiga, bertubi-tubi”
Dan keadaan para wanita yang kita lihat sekarang ini tidak akan menjadi sedemikian rupa kalau di belakang itu tidak ada para laki-laki yang bersikap meremehkan, yang sudah melemah tekad mereka dan mengabaikan tanggungjawab, kemudian mulai mengangguk-anggukkan kepada terhadap apa yang mereka sadari sebagai hal yang tidak pantas, kebobrokan dan kehinaan..!!

Baru kemarin mereka adalah laki-laki di medan perang, para penunggang kuda gagah perkasa di medan laga, namun ketika terbit mentari pagi kenyataan menyakitkan ini, tiba-tiba mereka melepaskan pedang penentangan, menurunkan bendera kehormatan dan puas dengan hal-hal rendahan, lalu mengumumkan kekalahan dengan malu-malu.

Duhai betapa ruginya, umat yang kehilangan para jagoannya pada saat ia sedang sangat membutuhkan mereka.

Sebagian wanita sudah sampai menjadikan pasar-pasar sebagai tempat rekreasinya. Merekapun keluar dari satu pasar untuk masuk ke pasar yang lain.

Bersenda gurau dengan para penjual, berpakaian terbuka dan bermake-up wajah dan kulit.
Apakah laki-laki itu tidak bertanya pada dirinya sendiri, untuk siapa para istrinya itu berbuka-bukaan dan untuk siapa mereka berhias?
Tidakkah hatinya bergeming sedikitpun karena cemburu atas para wanitanya?
Yang lebih ngeri lagi adalah bahwa wanita itu pergi sendirian pada waktu seperti itu, yang amat banyak petakanya dan meluas bahayanya.
Tanyalah pada dirimu sendiri, untuk siapa dia berhias? Untuk siapa dia berbuka-bukaan? Apa yang dia inginkan?

Kalau setiap kita mengklaim istrinya sebagai orang yang dapat dipercaya, kalau begitu, lalu perempuan-perempuan yang memenuhi pasar-pasar dan meramaikan jalan-jalan itu, anak-anak perempuan siapa?

Pembuatan berbagai macam model pakaian sudah dimulai di tangan para musuh kebaikan. Setiap hari, pakaian yang mereka buat semakin minim dan semakin jauh dengannya sikap iffah. Namun sangat disayangkan, mereka masih saja mendapatkan orang-orang yang mengikuti mereka.
Maka muncullah pakaian-pakaian pendek dan celana-celana yang menjijikkan serta baju-baju yang mencoreng iffah..!!

Dan ketika tidak mampu mempengaruhi sebagian orang baik-baik, mereka masuk melalui pakaian-pakaian tabarruj yang dinamai dengan selain namanya. Muncullah “‘abaa`atul katif”, dan “abaya islami” serta cadar (tipis) yang pada hakekatnya tidak lain adalah “tabarruj berkaleng” yang disebut penutup padahal tidak.

Apakah ‘abaa`atul katif itu menutupi tubuh? Dan apakah abaya islami itu -seperti yang mereka klaim- mencegah fitnah?

Yang menjadi petaka adalah bahwa sebagian wanita menjadikannya sebagai cara menimbulkan fitnah. Mulailah mereka bermodel-model membuat bordiran dan kilapan. Kemudian abaya itu dikenakan dengan tutup kepala yang berkilau dengan tulisan nama di atasnya..!
Ah.., di manakah para lelaki yang punya rasa cemburu?
“Jika suatu kaum mendapat petaka pada akhlaknya
Maka kumpulkanlah orang untuk menangisi mereka”

Dan sebagian orang menganggap berkendaraannya seorang perempuan sendirian dengan seorang supir, sambil supir itu bersenang-senang dengan si perempuan ke mana-mana, sebagai perkara remeh.

Kemana perempuan itu pergi?
Dan yang parah lagi, apa yang kita saksikan mulai banyak menyebar di jalan-jalan. Yaitu berkendaraannya seorang perempuan di samping supir, berdampingan. Bukankah supir itu seorang laki-laki?

Bagaimana kalian ini?

Seorang laki-laki dari arab pedalaman keluar dalam suatu perjalanan. Ketika ia sampai di sebuah sungai, ternyata di situ ada seorang perempuan yang menyingkap rambutnya. Kemudian perempuan itu menggoda si laki-laki dan berkata: kemarilah! Laki-laki itu berkata: sesungguhnya aku takut kepada Allah Tuhan semesta alam. Maka perempuan itu mengenakan jilbabnya dan pergi dengan rasa takut dan cemas. Si laki-laki mengikutinya sampai perempuan itu tiba di perkemahan keluarganya. Si laki-laki bertanya tentang perempuan itu, maka ia pun diberitahu siapa ayah perempuan itu. Perempuan itu kemudian ia lamar dan ia nikahi. Lalu ia berkata: siapkanlah ia sampai aku kembali dari perjalananku. Ketika laki-laki itu masuk menemui si perempuan, setelah beberapa waktu, ia berkata: apa maksud kamu menggoda saya ketika itu?
Perempuan itu berkata: janganlah kamu heran dengan seorang gadis yang berkata: aku berhasrat padamu! Demi Allah, kalau memang ia sedang berhasrat pada seorang laki-laki hitam, maka laki-laki itulah hasratnya.”

Maka janganlah kalian berkata dengan perkataan orang-orang bodoh, bahwa supir itu bukan orang apa-apa. Karena berapa banyak wanita yang berkedudukan tinggi, jatuh di lumpur para lelaki rendahan yang bejat.

Dan sebagian wanita pergi dengan pakaian terbuka tanpa kendali dan aturan. Keluar kapan saja, masuk kapan saja semaunya. Apakah si laki-laki itu tidak bertanya pada dirinya sendiri, kemanakah istrinya pergi? Apakah mungkin laki-laki itu tidak tahu? Ataukah dia tahu tapi dia sudah sedemikian mengalah.

Sebagaimana sebagian pria juga tidak merasa enak untuk keluar bersama istrinya kecuali kalau istrinya itu berpakaian terbuka dan mutabarrij, dengan menyingkapkan wajah dan keindahan tubuhnya. Bukankah orang seperti ini keadaannya seperti orang yang berkata pada orang banyak: hei, kemarilah dan lihatlah istriku dan kehormatanku. Pemelihara kemuliaan dan kelaki-lakianku!

Duhai betapa mengherankannya!! Apakah seorang laki-laki bisa menjadikan kemuliaan dan kehormatannya sebagai barang pameran yang bisa dilihat dengan murah, bahkan gratisan..!
“Serigala-serigala itu hanya menerkam yang tak ada anjing penjaganya
Dan mereka akan menghindar dari kandang yang ketat penjagaannya”

(Bersambung insya Allah)

(Diterjemahkan oleh redaksi akhwat.web.id dari tautan: http://www.salemalajmi.com/main/play.php?catsmktba=138)

Memilih Teman dalam Menuntut Ilmu

Sepantasnya bagi seorang penuntut ilmu untuk tidak bergaul kecuali dengan orang yang bisa memberinya faedah (lmu) atau dia (teman tersebut) bisa mengambil faedah (ilmu) darinya.

Sebagaimana yang diriwayatkan dari Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam :

Hendaknya engkau menjadi seorang alim atau orang yang belajar. Jangan menjadi jenis yang ketiga, maka engkau akan binasa.” (HR. Ibnu Abdilbar dalam Kitabul ‘Ilmi)


Bila dia hendak ikut dalam pertemanan atau diajak berteman dengan seseorang yang menyia-nyiakan umurnya, tidak bisa memberinya faedah (ilmu), tidak pula bisa mengambil ilmu darinya, tidak bisa menolongnya untuk urusan yang sedang ditempuhnya (yakni ilmu), maka hendaknya dia dengan lemah lembut memutus jalan pertemanan tersebut dari awal, sebelum hubungan itu menjadi erat. Karena bila sesuatu telah kokoh, akan sulit menghilangkannya. Dan di antara ucapan yang beredar di kalangan fuqaha: “Mencegah lebih mudah daripada menghilangkan.”

Bila dia membutuhkan teman, hendaknya dia memilih orang yang shalih, beragama, bertakwa, wara’, cerdas, banyak kebaikannya lagi sedikit keburukannya, baik dalam bergaul, dan tidak banyak berdebat. Bila dia lupa, teman tersebut bisa mengingatkannya. Bila dia mencoba mengingat, teman ini bisa menolongnya. Bila dia sedang membutuhkan, temannya ini bisa membantu. Bila dia sedang bosan, teman ini bisa menyabarkan dirinya.
(Tadzkiratus Sami’ wal Mutakallim fi Adabil ‘Alim wal Muta’allim, karya Ibnu Jamaah Al-Kinani Rahimahullah, cet. Darul Kutub Al-Ilmiyyah, hal. 83-84)

Disalin dari Majalah Asy Syariah Vol. V/No. 58/1431 H/2010