Rabu, 18 Januari 2012

Islam Mengajarkan Keadilan, Bukan Persamaan dalam Segala Hal

Penulis: Al-Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal Al-Bugisi


الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللهُ
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shalihah, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).” (An-Nisa`: 34)
Penjelasan Mufradat Ayat
قَوَّامُونَ
Qawwamun adalah jamak dari qawwam, yang semakna dengan kata qayyim. Artinya adalah pemimpin, pembesar, sebagai hakim dan pendidik, yang bertanggung jawab atas pengaturan sesuatu. Namun kata qawwam memiliki arti yang lebih dari qayyim. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir dan Al-Baghawi)
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma dalam menjelaskan ayat ini mengatakan: “Qawwam artinya pemimpin, di mana wajib atas seorang istri taat kepadanya sebagaimana yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan baginya untuk taat kepada suami, serta menaatinya dengan berbuat baik kepada keluarganya dan menjaga hartanya.” (Tafsir Ath-Thabari)

Emansipasi atau Deislamisasi?

Penulis: Al-Ustadz Abul Faruq Ayip Syafruddin

Emansipasi sejatinya hanyalah salah satu jalan yang digunakan oleh musuh-musuh Islam untuk mempreteli bahkan mengubur syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Al-Qur`an dan hadits ditelikung, dipahami sepotong-sepotong, untuk kemudian ditafsirkan secara sembrono. Syariat bahkan dianggap sebagai ajaran lama yang perlu direkonstruksi atau dikontekstualisasikan. “Ahli” tafsir dan hadits yang menjadi rujukan, siapa lagi kalau bukan kalangan akademisi Barat.
Kata emansipasi bukan lagi menjadi kata yang asing di telinga masyarakat. Kata ini menjadi lekat seiring era keterbukaan di setiap lini kehidupan. Slogan emansipasi seakan menjadi taji bagi setiap wanita. Ketertindasan, keterkungkungan, keterbelakangan dan ketiadaan harkat menjadi belenggu kaum wanita. Kehidupan wanita seakan terpasung di tengah eksploitasi kaum Adam terhadapnya. Sebagian wanita pun menjadi gamang menatap rona kehidupan. Hilang keyakinan diri untuk menapaki laju zaman.

Meninjau Ulang Emansipasi: Ada Apa dengan Emansipasi?

Penulis: Redaksi Asy-Syariah

Masalah kewanitaan dalam Islam menjadi tema yang tak habis-habisnya disoroti oleh aktivis perempuan dan kalangan feminis. Dari soal kepemimpinan, “diskriminasi” peran, partisipasi yang “rendah” karena posisinya yang dianggap “subordinat”, hingga poligami. Semuanya bermuara pada sebuah gugatan bahwa wanita harus mempunyai hak yang sama alias sejajar dengan pria. Seolah-olah dalam agama ini terjadi pembedaan (yang membabi buta) antara pria dan wanita.
Adalah sebuah kenyataan, wanita berbeda dengan pria dalam banyak hal. Dari perbedaan kondisi fisik, sisi emosional yang menonjol, sifat-sifat bawaan, dan sebagainya. Makanya syariat pun memayungi perbedaan ini dengan adanya fiqh yang khusus diperuntukkan bagi laki-laki dan fiqh yang dikhususkan bagi perempuan.
Secara fisiologis, misalnya, wanita mengalami haid hingga berkonsekuensi berbeda pada hukum-hukum yang dibebankan atasnya. Sementara dari kejiwaan, pria umumnya lebih mengedepankan akalnya sehingga lebih bijak, sementara wanita cenderung mengedepankan emosinya. Namun dengan emosi yang menonjol itu, wanita patut menjadi ibu yang mana punya ikatan yang kuat dengan anak. Sebaliknya, dengan kelebihannya, laki-laki pantas menjadi pemimpin sekaligus menjadi tulang punggung dalam rumah tangganya.

KHUTBAH UTK PARA PENANGGUNG JAWAB WANITA (LAKI-LAKI)

(meneladani sikap salafus sholih 'generasi terbaik' dalam menjaga para wanitanya, karena yang demikian itu adalah cermin kemuliaan laki-laki)

Segala puji bagi Allah dan segala syukur kepada Allah atas taufik-Nya yang menyeluruh. Dan aku bersaksi bahwa tiada sembahan yang haq kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya semoga Allah senantiasa memberi sholawat dan salam kepadanya dan keluarganya serta para Sahabatnya, para penunjuk jalan bagi manusia dan pelita-pelita dalam kegelapan.
Para tuan sekalian,
Bertakwalah kepada Allah, dalam sikap cemburu terhadap kehormatan dan kemuliaan kalian. Karena ia adalah sesuatu yang paling mahal, dan milik yang paling berharga. Dengannyalah dibedakan antara orang-orang mulia dan orang-orang rendahan, orang-orang terhormat dan orang-orang hina. Maka janganlah kalian lalai dalam rasa cemburu kalian terhadap para wanita kalian. Jangan kalian serahkan tali kendali urusan kalian kepada para penyeru kesesatan dan penyimpangan. Sebab mereka akan hanyut bersama para wanita kalian ke dalam jurang. Kalau rasa malu seorang pemudi telah hilang, maka apa yang tersisa padanya?
[Akan kujaga kehormatanku dengan hartaku, takkan kukotori
Tidak ada gunanya harta kalau kehormatan telah ternodai
Harta yang hancur bisa kudapat lagi
Kehormatan yang rusak tak mungkin kembali]
Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah pun cemburu. Dan kecemburuan Allah itu adalah ketika seseorang melakukan apa yang Allah haramkan. Sebagaimana yang terdapat dalam hadis shahih. Maka cemburu itu adalah termasuk sifat terpuji. Siapa yang memiliki kecemburuan, akan semakin tinggi kedudukannya. Dan siapa yang kehilangan rasa cemburu, ia akan menjadi seperti barang tak berharga. Sa’ad bin ‘Ubaadah berkata: “Kalau aku lihat ada seorang laki-laki bersama istriku, maka akan aku pukul laki-laki itu dengan pedangku tanpa ampun”. Perkataan ini pun sampai kepada Rasulullah shollallahu’alayhiwasallam. Maka beliau berkata: “Apakah kalian heran dengan kecemburuan Sa’d? Sesungguhnya aku lebih cemburu dari Sa’d. Dan Allah lebih cemburu dariku”.
Ali rodhiyallaahu’anhu pernah mengirimkan surat kepada salah satu kota, untuk berbicara kepada para penduduknya. Ia menulis: “Telah sampai kepadaku kabar bahwa perempuan-perempuan kalian berdesak-desakan di pasar dengan orang-orang kafir non-arab!! Tidakkah kalian cemburu?! Sungguh tidak ada kebaikan pada orang yang tidak punya rasa cemburu”. Bagaimana kalau beliau melihat keadaan kita dan sudah sampai sejauh mana kita sekarang ini.
Dan salah satu kisah sejarah waktu dulu yang pernah diceritakan kepada kami, dan masih tetap terus teringat. Ada seorang wanita yang datang kepada salah seorang hakim. Wanita ini mengajukan klaim pada suaminya bahwa suaminya itu memiliki hutang maskawin sebesar 500 dinar. Sang suami pun mengingkari bahwa dia memiliki hutang. Maka hakim berkata: datangkanlah saksi-saksimu untuk menunjuk wanita itu dalam kesaksian mereka. Maka sang suami menghadirkan para saksi. Hakim berkata kepada salah seorang dari mereka: “Lihatlah kepada wanita itu, untuk kau tunjuk dalam kesaksianmu”. Sang suami pun bangkit berdiri dan berkata: “Apa yang kalian inginkan dengannya (istriku -pent)? Dijawab: “Si saksi haruslah melihat wajah istrimu agar pengenalannya atas istrimu itu sah”. Laki-laki itupun dikuasai ketinggian harga dirinya, dan kecemburuan terhadap istrinya pun bangkit. Dia berteriak di depan orang banyak. “Sungguh aku bersaksi kepada hakim bahwa aku berhutang mas kawin itu kepada istriku. Tapi istriku jangan sampai menampakkan wajahnya”. Sang istri pun berkata: “Dan aku bersaksi bahwa aku merelakan maskawinku, karena kecemburuannya terhadapku dengan tidak diperlihatkannya wajahku!”.

Perlu dibaca..(nasihat dr teman Q)

Ya akhi, tidakkah engkau cemburu bila istrimu berbicara bebas di FB dengan ikhwan lain? tidakkah engkau cemburu mendapati ada akun ikhwan di friendlist istrimu? tanyakan pada hatimu, apakah kau cemburu? apakah engkau rela istrimu ber-haha hihi dengan ikhwan lain??? jika kau cemburu, jika kau tidak rela maka mulailah dengan dirimu, janganlah kau bicara dengan bebas pada akhwat lain, pikirkanlah istrimu. Bukankah dalam kehidupan nyata pun engkau begitu menjaga pandangan, begitu menjaga muru'ah jg iffahmu? lalu kemanakah perginya itu semua ketika kau membuka internet? kemanakah rasa malumu ya ikhwan???
 
Rasulullah SAW bersabda “Ada tiga golongan yang tidak akan masuk surga. Yakni, orang yang durhaka terhadap bapak ibunya, dayuts (orang yang tidak punya rasa cemburu), dan perempuan yang menyerupai laki-laki.” (HR Nasai dan Hakim).

Ali bin Abi Thalib Radiyallahu'anhu berkata: "Telah sampai kepadaku bahawa wanita-wanita kalian berdesak-desakan dengan laki-laki kafir orang 'ajam (bukan orang Arab) di pasar-pasar, tidakkah kalian merasa cemburu? Sesungguhnya tidak ada kebaikan pada seseorang yang tidak memiliki perasaan cemburu."

Sabda Rasul yang lain (yang artinya): "Malu dan iman itu bergandingan bersama,apabila salah satunya di angkat maka yang lainpun akan terangkat"

Jangan berdalih, kau akan kuat tidak akan terkena fitnah nantinya, karena و خلق الإنسان ضعيفا
“Manusia itu diciptakan dalam keadaan lemah”(Q.S. An-Nisa’: 28)