(meneladani sikap salafus sholih 'generasi terbaik' dalam menjaga para wanitanya, karena yang demikian itu adalah cermin kemuliaan laki-laki)
Segala puji bagi Allah dan segala syukur kepada Allah atas taufik-Nya
yang menyeluruh. Dan aku bersaksi bahwa tiada sembahan yang haq kecuali
Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah hamba dan utusan-Nya semoga Allah senantiasa memberi sholawat dan
salam kepadanya dan keluarganya serta para Sahabatnya, para penunjuk
jalan bagi manusia dan pelita-pelita dalam kegelapan.
Para tuan sekalian,
Bertakwalah kepada Allah, dalam sikap cemburu terhadap kehormatan dan
kemuliaan kalian. Karena ia adalah sesuatu yang paling mahal, dan milik
yang paling berharga. Dengannyalah dibedakan antara orang-orang mulia
dan orang-orang rendahan, orang-orang terhormat dan orang-orang hina.
Maka janganlah kalian lalai dalam rasa cemburu kalian terhadap para
wanita kalian. Jangan kalian serahkan tali kendali urusan kalian kepada
para penyeru kesesatan dan penyimpangan. Sebab mereka akan hanyut
bersama para wanita kalian ke dalam jurang. Kalau rasa malu seorang
pemudi telah hilang, maka apa yang tersisa padanya?
[Akan kujaga kehormatanku dengan hartaku, takkan kukotori
Tidak ada gunanya harta kalau kehormatan telah ternodai
Harta yang hancur bisa kudapat lagi
Kehormatan yang rusak tak mungkin kembali]
Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah pun cemburu. Dan kecemburuan
Allah itu adalah ketika seseorang melakukan apa yang Allah haramkan.
Sebagaimana yang terdapat dalam hadis shahih. Maka cemburu itu adalah
termasuk sifat terpuji. Siapa yang memiliki kecemburuan, akan semakin
tinggi kedudukannya. Dan siapa yang kehilangan rasa cemburu, ia akan
menjadi seperti barang tak berharga. Sa’ad bin ‘Ubaadah berkata: “Kalau
aku lihat ada seorang laki-laki bersama istriku, maka akan aku pukul
laki-laki itu dengan pedangku tanpa ampun”. Perkataan ini pun sampai
kepada Rasulullah shollallahu’alayhiwasallam. Maka beliau berkata:
“Apakah kalian heran dengan kecemburuan Sa’d? Sesungguhnya aku lebih
cemburu dari Sa’d. Dan Allah lebih cemburu dariku”.
Ali rodhiyallaahu’anhu pernah mengirimkan surat kepada salah satu
kota, untuk berbicara kepada para penduduknya. Ia menulis: “Telah sampai
kepadaku kabar bahwa perempuan-perempuan kalian berdesak-desakan di
pasar dengan orang-orang kafir non-arab!! Tidakkah kalian cemburu?!
Sungguh tidak ada kebaikan pada orang yang tidak punya rasa cemburu”.
Bagaimana kalau beliau melihat keadaan kita dan sudah sampai sejauh mana
kita sekarang ini.
Dan salah satu kisah sejarah waktu dulu yang pernah diceritakan
kepada kami, dan masih tetap terus teringat. Ada seorang wanita yang
datang kepada salah seorang hakim. Wanita ini mengajukan klaim pada
suaminya bahwa suaminya itu memiliki hutang maskawin sebesar 500 dinar.
Sang suami pun mengingkari bahwa dia memiliki hutang. Maka hakim
berkata: datangkanlah saksi-saksimu untuk menunjuk wanita itu dalam
kesaksian mereka. Maka sang suami menghadirkan para saksi. Hakim berkata
kepada salah seorang dari mereka: “Lihatlah kepada wanita itu, untuk
kau tunjuk dalam kesaksianmu”. Sang suami pun bangkit berdiri dan
berkata: “Apa yang kalian inginkan dengannya (istriku -pent)? Dijawab:
“Si saksi haruslah melihat wajah istrimu agar pengenalannya atas istrimu
itu sah”. Laki-laki itupun dikuasai ketinggian harga dirinya, dan
kecemburuan terhadap istrinya pun bangkit. Dia berteriak di depan orang
banyak. “Sungguh aku bersaksi kepada hakim bahwa aku berhutang mas kawin
itu kepada istriku. Tapi istriku jangan sampai menampakkan wajahnya”.
Sang istri pun berkata: “Dan aku bersaksi bahwa aku merelakan
maskawinku, karena kecemburuannya terhadapku dengan tidak
diperlihatkannya wajahku!”.