Selasa, 31 Januari 2012

Contoh Istri Sholihah

Oleh Syaikh Abdul Malik Al-Qasim

Ulama yang bertakwa Asy-Sya’bi rahimahullah suatu ketika duduk bersama Syuraih Al-Qadhi rahimahullah. Asy_sya’bi bertanya kepada Syuraih perihal keadaan dia di dalam rumah. Maka Syuraih bercerita: “Selama dua puluh tahun tidak ada anggota keluargaku yang membuatku marah.” Asy-Sya’bi menyahut: “Bagaimana bisa?” Syuraih berkata: “malam pertamaku bersama isteriku, aku melihat perangai yang baik dan wajah yang sangat cantik, lalu aku berkata dalam hati: ‘Saya akan bersuci dan shalat dua rakaat sebagai sujud syukur kepada Allah’. Ketika aku salam dari shalat, ternyata aku mendapati isteriku shalat di belakangku dan salam bersamaku.

Kecantikan Sejati

Dikirim: Ummu Yusuf Wikayatu Diny

Adalah kebahagiaan seorang laki-laki ketika Allah menganugrahkannya seorang istri yang apabila ia memandangnya, ia merasa semakin sayang. Kepenatan selama di luar rumah terkikis ketika memandang wajah istri yang tercinta. Kesenangan di luar tak menjadikan suami merasa jengah di rumah. Sebab surga ada di rumahnya; Baiti Jannati (rumahku surgaku).

Kebahagiaan ini lahir dari istri yang apabila suami memandangnya, membuat suami bertambah kuat jalinan perasaannya. Wajah istri adalah keteduhan, telaga yang memberi kesejukan ketika suami mengalami kegerahan. Lalu apakah yang ada pada diri seorang istri, sehingga ketika suami memandangnya semakin besar rasa sayangnya? Konon, seorang laki-laki akan mudah terkesan oleh kecantikan wajah. Sempurnalah kebahagiaan seorang laki-laki jika ia memiliki istri yang berwajah memikat.

Tapi asumsi ini segera dibantah oleh dua hal. Pertama, bantahan berupa fakta-fakta. Dan kedua, bantahan dari sabda Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam.

Konon, Christina Onassis, mempunyai wajah yang sangat cantik. Ia juga memiliki kekayaan yang sangat besar. Mendiang ayahnya meninggalkan harta warisan yang berlimpah, antara lain kapal pesiar pribadi, dan pulau milik pribadi juga. Telah beberapa kali menikah, tetapi Christina harus menghadapi kenyataan pahit. Seluruh pernikahannya berakhir dengan kekecewaan. Terakhir ia menutup kisah hidupnya dengan satu keputusan: bunuh diri.

Untuk Istriku yang kucinta...


Aku tidak tahu dari mana harus memulai menuliskan beberapa rumpun  kalimat buatmu, wahai istriku. Aku juga tidak tahu apakah kepolosanku  dan ketulusanku ini akan mendapat sambutanmu. Tapi aku tiada pedulikan  itu. Yang pasti, aku hanya ingin engkau tahu bahwa aku adalah suamimu.

Berbanggalah Wahai Ibu

Penulis: Ummu Ayyub
Muroja’ah: Ust Abu Ahmad

Hebat rasanya ketika mendengar ada seorang wanita lulusan sebuah universitas ternama telah bekerja di sebuah perusahaan bonafit dengan gaji jutaan rupiah per bulan. Belum lagi perusahaan sering menugaskan wanita tersebut terbang ke luar negri untuk menyelesaikan urusan perusahaan. Tergambar seolah kesuksesan telah dia raih. Benar seperti itukah?