Muhib Al-Majdi
Senin, 24 Oktober 2011 10:19:20
Senin, 24 Oktober 2011 10:19:20
Arrahmah.com – Ketika kita mengatakan Moammar
Qaddafi adalah taghut, diktator, gembong kekafiran, murtad, sekuleris,
sosialis, pelanjut Musthafa Kemal Ataturk, Fir’aun, dan Musailamah
al-Kadzab dari Libya, banyak kalangan terhenyak, kaget, dan kebingungan.
Tidak sedikit pihak yang marah, benci, mengumpat, dan balas melemparkan
tuduhan miring. Misalnya tuduhan antek NATO, antek AS, pro-Barat,
teroris, fundamentalis, radikalis, Wahhabi, antek Saudi, dan seterusnya.
Namun, tahukah Anda siapa sebenarnya Moammar Qaddafi itu? Berikut
Serial Mungungkap Rahasia Kelam Sosok Qaddafi, bagian pertama.
Mereka hanya mengenal Qaddafi dari kegarangannya mengkritik
rezim-rezim negara Arab yang memang boneka AS dan Barat. Mereka mengerti
jati diri Qaddafi dari sesumbarnya untuk membebaskan Palestina, melawan
AS dan Barat, atau menjatuhkan rezim-rezim diktator di negara-negara
Arab. Mereka memahami sosok Qaddafi dari permusuhannya kepada AS, Barat,
dan zionis Israel. Mereka mengenalinya dari julukan Barat kepadanya
sebagai teroris, poros setan, pelopor revolusi di dunia ketiga, musuh
Barat, anti Barat, dan julukan keren lainnya yang kerap menghiasi media
massa. Sosok Qaddafi yang meledak-ledak lewat pidato berapi-api di
pertemuan Negara Liga Arab, atau Majelis Umum PBB, itulah standar mereka
memberikan pandangan SANGAT POSITIP kepada Qaddafi. Bagi mereka,
Qaddafi adalah pahlawan dunia Islam.
Mereka tentu saja tidak banyak mengetahui kejahatan dan kekafiran
Qaddafi yang dilakukannya secara terang-terangan, dan berulang kali,
dengan penuh kebanggaan diri, tanpa rasa malu dan canggung sedikitpun.
Mereka tentu saja tidak meneliti kejahatan dan pelecehan Qaddafi
terhadap Allah SWT, Rasulullah SAW, Al-Qur’an, as-Sunnah, syariat Islam,
dan ibadah-ibadah mahdhah dalam Islam. Mereka tentu tidak mengerti
betapa lembaga-lembaga dakwah dan keilmuan Islam berskala internasional
telah mengeluarkan fatwa dan himbauan serta dakwah kepada Qaddafi untuk
bertaubat dari seluruh kekafiran yang ia telah lakukan.Mereka tidak
mengerti, puluhan ulama dari berbagai negara telah memfatwakan
kekafirannya.
Mungkin mereka juga tidak mengetahui, selama puluhan tahun masa
kekuasaannya, ribuan muslim dan muslimah Libya telah mengalami
penindasan luar biasa kejam dari Qaddafi. Mulai dari penangkapan,
penyiksaan, pembunuhan, pemenjaraan, pemerkosaan, dan seterusnya.
Aktivis dakwah dan jihad yang memperjuangkan syariat Islam dikejar-kejar
dan ditindas. Banyak tokoh dan aktivis harus melarikan diri ke luar
negeri untuk menghindari kekejamannya. Selama 42 tahun masa kekuasannya,
dakwah Islam mengalami masa-masa kelam.
Bagi penduduk dunia di luar Libya, boleh jadi mereka akan tertipu
oleh penampakan lahiriah Qaddafi sebagai ‘pahlawan’ dunia Islam dan
‘musuh’ Barat. Namun jutaan bangsa muslim Libya menjadi saksi atas
kekafiran, kezaliman, dan kebiadaban rezim taghut Qaddafi. Insya Allah,
Arrahmah.com akan menurunkan Serial Mengungkap Rahasia Kelam Sosok
Qaddafi, di antaranya mengulas sepak terjang kekafiran, kemurtadan,
kezaliman, dan kebiadaban rezim taghut Qaddafi. Semoga dengan hadirnya
serial tulisan tersebut kebenaran akan nampak jelas dan bisa dibedakan
dari kebatilan. Wallahul musta’an.
Kita akan mengambil referensi penulisan dari buku karya Syaikh
Abdurrahman bin Hasan Al-Libi, seorang ulama dan mujahid Libya yang
berjihad fi sabilillah bersama mujahidin Libya (Jama’ah Islamiyah
Muqatilah, Libya) melawan rezim taghut Qaddafi. Buku yang diterbitkan
pada bulan Dzulhijah 1418 H (1997 M) tersebut diberi judul Qaddafi
Musailamatul ‘Ashr (Qaddafi, Musailamah Kontemporer ) dan diberi kata
pengantar oleh seorang ulama besar dan mujahid Libya, Syaikh Abu Mundzir
As-Sa’idi Al-Libi. Sungguh sebaik-baik dan setepat-tepat sumber adalah
para ulama Libya sendiri yang bertauhid, berdakwah, dan berjihad fi
sabilillah, karena mereka puluhan tahun menjadi saksi langsung atas
seluruh kekafiran dan kekejaman Qaddafi.
Qaddafi : Anak zina, ibunya wanita Yahudi
Moammar Qaddafi dilahirkan pada tanggal 7 Juni 1942 M di pedusunan
padang pasir dalam wilayah Sirte. Ia berasal dari suku Qadadafah,
sebuah suku nomaden yang hidup berpindah-pindah di gurun pasir kering
dan hanya tinggal di tenda. Karakter Badui yang keras, dan temperamental
inilah yang kemudian mewarnai corak kekuasaan Qaddafi.
Nasabnya dari jalur ayah dan ibunya diperselisihkan oleh berbagai
sumber di kota kelahirannya, Sirte. Namun semua sumber tersebut sepakat
menyatakan Qaddafi adalah anak hasil perzinaan. Ibunya adalah seorang
wanita Yahudi. Adapun ayahnya diperselisihkan oleh berbagai sumber
tersebut. Sebagian sumber menyatakan ayahnya adalah seorang pedagang
eceran berkewarga negaraan Italia. Sumber lainnya menyebutkan ayahnya
adalah pembantu dari pedagang Italia tersebut, yang mengaku bernama
Muhammad Abu Niyar Qaddafi. Semua penduduk kota Sirte mengerti asal usul
keyahudian ibunya, sehingga sejak kecil Moammar Qaddafi terkenal dengan
julukan ‘anak Yahudi’.
Moammar Qaddafi menjalani kehidupan penduduk badui yang keras. Meski
demikian, ia mampu mengenyam bangku sekolah dan masuk Akademi Militer
Benghazi pada tahun 1963 M. Sebelum lulus dari akademi militer, pada
tahun 1965 M ia juga menambah pendidikannya dengan masuk Universitas
Libya, Fakultas Adab jurusan sejarah. Di fakultas inilah, dosennya
seorang warga negara Italia mengenali nasab ke-Yahudi-an Qaddafi dari
jalur ibunya. Maka ia menggembleng Qaddafi untuk merealisasikan
tujuan-tujuan zionis Yahudi di kemudian hari.
Qaddafi lulus dari akademi militer pada tahun 1965 M, dan bertugas di
korp sinyal. Pada tahun 1966 M ia dikirim ke Inggris untuk mengikuti
pendidikan (kursus) intelijen dan militer tingkat tinggi. Dari Inggris,
Qaddafi mulai menjalankan rencana-rencana yang telah digariskan oleh
tuan zionis Yahudinya dengan membentuk Tanzhim adh-Dhubbat al-Wahdawiyyun al-Ahrar
(organisasi rahasia para perwira indipenden dan kebebasan). Organisasi
perwira militer inilah yang melakukan ‘sandiwara’ kudeta militer pada
tahun 1969 M.
Sandiwara kudeta militer Qaddafi dan pengusiran militer Barat
Ketika berusia remaja, Qaddafi sangat mengagumi Presiden Mesir, Jamal
Abdun Nashir dan menganut ideologi sosialis nasionalis, yang membuatnya
benci dengan bentuk pemerintahan kerajaan seperti yang berlaku di Libya
saat itu. Jamal Abdun Nashir adalah taghut represif yang sangat
sekuleris, sosialis, anti syariat Islam, dan menindas gerakan dakwah
Islam. Pada masa kekuasaannya, ribuan aktivis Islam dan ulama yang
tergabung dalam Ikhwanul Muslimin ditangkap, dipenjara, disiksa secara
keji, dan beberapa di antaranya dihukum mati. Padahal mereka tidak
melakukan tindakan kriminal. Mereka hanya menuntut penegakkan syariat
Islam di Mesir dan membantu jihad rakyat muslim Palestina melawan
penjajah zionis Israel.
Sejak mengenyam pendidikan di akademi militer Bengazhi, rupanya
pandangan sosialis-nasionalis Khadafi yang anti kerajaan, mulai
disalurkan dalam wujud nyata. Ia mulai mengumpulkan rekan-rekan calon
perwira yang sejalan dengan ide-idenya. Hal itu berlanjut dengan
pembentukan organisasi rahasia para perwira indipenden dan kebebasan
saat kuliah militer lanjutan di Inggris. Sudah tentu, sejak saat itu
Inggris mulai berperan besar mengarahkan pemikiran dan langkah-langkah
Qaddafi pada masa yang akan datang.
Tiga tahun setelah pulang dari pendidikan militer lanjutan di
Inggris, tepatnya, 1 September 1969, saat usianya menginjak 27 tahun,
Qaddafi melancarkan kudeta ‘damai’, menggulingkan Raja Idris yang saat
itu tengah berada di Turki untuk melakukan pengobatan. Dipimpin Qaddafi,
para pengkudeta ini menahan Putra Mahkota Sayyid Hasan ar-Rida al-Mahdi
as-Sanusi yang masih keponakan Raja Idris, sebagai tahanan rumah. Para
pengkudeta lantas memproklamasikan Libya sebagai negara republik,
menggantikan kerajaan.
Selama ini, kekuatan zionis-salibis internasional mengembangkan dua
tipe pemerintahan di dunia ketiga, utamanya di negeri-negeri berpenduduk
mayoritas muslim. Pertama, rezim diktator yang pro
Barat dan anti rakyat. Mereka mengendalikan seluruh aspek kehidupan
berbangsa dan bernegara dengan tangan besi, menindas rakyat, dan
menjalankan arahan tuan besar AS dan Barat. Terkadang pemerintahan
dijalankan dalam bentuk monarchi, tapi lebih sering dalam bentuk negara
republik-demokrasi. Tipe inilah yang paling sering dipakai oleh AS dan
Barat. Mayoritas negara Arab, Afrika, dan Asia Tenggara termasuk dalam
tipe ini.
Kedua, rezim diktator yang secara lahiriah memamerkan sikap
anti-Barat, anti-zionisme dan imperialism, pro rakyat, bahkan pro-Islam
dan pro-Palestina. Namun di balik sikap tersebut, mereka memerankan
dirinya sebagai agen pelaksana segala titah AS dan Barat. Mereka
memerangi syariat Islam, memberangus dakwah dan jihad, dan menjalin
konspirasi tersembunyi dengan tuan besar AS dan Barat. Secara ‘kulit’,
mereka pahlawan Islam dan musuh Barat, namun secara ‘isi’ musuh Islam
dan boneka Barat. Tipe ini muncul, misalnya, pada rezim Shadam Husain
dan Moammar Qaddafi.
Kudeta ‘tanpa kekerasan’ yang dilancarkan oleh Qaddafi dan para
perwira tersebut berlangsung sangat mulus. Pemerintahan monarchi Libya
pro-Barat digantikan oleh pemerintahan baru Qaddafi yang ‘anti-Barat’.
Tujuh bulan setelah kudeta tersebut, hanya dengan mengerahkan 150
tentara bersenjatan pistol, pemerintahan Qaddafi berhasil ‘menutup’ dan
‘mengusir’ dua kekuatan militer Barat.
Pertama, pangkalan militer Adam milik Inggris di kota
Tobruk. Pangkalan militer ini mengangkut personal, persenjataan,
amunisi, dan perbekalan militer Inggris dari kota Tobruk ke Libya Timur,
Libya Barat, negara-negara Afrika lainnya dan Teluk Arab. Beberapa
markas militer Inggris yang tersebar di beberapa wilayah Libya juga ikut
‘ditutup’. Kedua, pangkalan militer AS di kota Huwailis.
Pangkalan ini merupakan salah satu pusat komando AS yang vital untuk
menguatkan cengkeraman dominasi AS di benua Afrika.
Keberhasilan Qaddafi mengusir ‘musuh’ yaitu militer Inggris dan AS
dari Libya dengan modal 150 pucuk pistol, tanpa seorang pun jatuh
sebagai korban boleh dikata merupakan peristiwa paling menggemparkan
dunia. Sangat ganjil dan mencurigakan. Pangkalan militer AS dan Inggris
memiliki kekuatan militer yang sangat besar dan tangguh. Fungsinya
sangat jelas, mengamankan kepentingan AS-Inggris di kawasan Timur Tengah
dan Afrika, dan menegaskan hegemoninya atas kedua kawasan tersebut.
Mungkinkah kedua pangkalan militer tersebut beserta markas-markas
militer lainnya di seantero negeri Libya rela diusir? Mungkinkah
pangkalan-pangkalan militer tersebut sudah bosan menjalankan misinya?
Ataukah ada sandiwara dan konspirasi tersembunyi yang membawa misi
zionis dan salibis internasional di balik kudeta tak berdarah dan
pengusiran militer asing dari Libya ini?
Seorang yang berakal sehat tentu telah mengetahui jawabannya. Qaddafi
hendak dimunculkan oleh kekuatan zionis dan salibis internasional
sebagai PAHLAWAN REVOLUSI yang akan membawa dunia Islam kepada kejayaan,
kemerdekaan, kebebasan, kemakmuran, dan perlawanan terhadap Barat.
Itulah langkah awal pembangunan citra Qaddafi. Selanjutnya ia akan
memainkan peran yang pernah dimainkan oleh diktator Yahudi Turki si
Musthafa Kamal Pasya Ataturk atas skenario dan arahan sutradara kekuatan
zionis dan salibis internasional. Dahulu Musthafa Kamal dimunculkan
sebagai perwira brilian yang berhasil mengusir militer Barat dari Turki,
tanpa pengorbanan sebutir peluru pun. Ia adalah pahlawan revolusi,
pengusir penjajah Barat, dan pembangun Turki modern. Lalu perjalanan
waktu membuktikan perannya sebagai boneka zionis-salibis untuk memerangi
syariat Islam dan menanamkan sekulerisme di dunia Islam. Sungguh sebuah
konspirasi yang sangat lihai dan keji untuk memerangi Islam dan kaum
muslimin.
Kenapa para ulama memvonis Qaddafi sebagai kafir murtad?
Sejak 1969, Qaddafi adalah penguasa Libya. Semua ucapan, tindakan,
dan kebijakannya selama memerintah diliput oleh TV, radio, dan surat
kabar secara luas, baik dalam skala lokal, regional, maupun
internasional. Ia dengan bangga, berani, tanpa canggung, dan tanpa malu
memamerkan ucapan, tindakan, dan kebijakannya selaku pemimpin revolusi
dan ‘musuh’ Barat.
Alhamdulillah, dengan semua dokumentasi tersebut, para ulama Islam
dan lembaga-lembaga Islam internasional memiliki data yang sangat
komplit tentang kekafiran dan kemurtadan Qaddafi. Berkali-kali para
ulama Islam dan lembaga Islam internasional menempuh cara dialog,
nasehat, teguran, dan ajakan kepada Qaddafi untuk bertaubat dan menarik
kembali semua kekufurannya tersebut. Namun Qaddafi tetap angkuh
mempertahankannya, tanpa sekalipun mau bertaubat dan memperbaiki
dirinya. Walhasil, vonis kafir-murtad untuk Qaddafi tetap disandangnya
sampai detik nyawanya berpisah dengan jasadnya.
Seperti halnya para taghut diktator lainnya di negeri-negeri
berpenduduk mayoritas muslim, pada awal revolusinya Qaddafi memamerkan
dirinya sebagai pahlawan revolusi, pejuang Islam, pembela kaum muslimin,
pengusir penjajah salibis Barat, dan pendukung berat perjuangan untuk
membebaskan Palestina dari kangkangan zionis Yahudi. Setelah ia berhasil
menarik simpati kaum muslimin dan kekuasaannya telah kokoh, maka ia
mulai menunjukkan jati dirinya sebagai agen zionis-salibis dan gembong
kekafiran yang sangat keras memusuhi Islam.
Berikut ini beberapa ucapan, tindakan, dan kebijakan Qaddafi yang
merupakan kekafiran yang nyata, sehingga para ulama dan lembaga Islam
internasional memvonisnya sebagai seorang kafir murtad.
-
Syirik (menyekutukan Allah dengan selain-Nya) dan melecehkan Allah SWT
-
Bagi Qaddafi, Allah Sang Pencipta tidak jauh berbeda dengan partai
politik oposisi. Qaddafi menuduh Allah berbuat zalim. Dalam pertemuan
dengan para pemimpin politik membahas pengguliran ‘Teori Internasional
Ketiga’ di ibukota Tripoli pada tanggal 9 Agustus 1975, Qaddafi
mengatakan: “Revolusi tidak secara otomatis mesti selalu berwarna
‘putih’. Ia juga bisa berwarna ‘merah’ terhadap lawan-lawannya. Oposisi
haruslah dibinasakan. Saya katakan kepada kalian, agama-agama juga
membinasakan para oposisinya. Allah juga membinasakan para oposisinya,
padahal Allah juga yang telah menciptakan mereka. Jadi setiap orang
membinasakan para oposisinya.”
-
Qaddafi melecehkan Allah dan menyamakan dirinya dengan Allah. Dalam
Al-Qur’an (QS. Al-Haj (22): 73), Allah menantang tuhan sesembahan kaum
musyrik untuk bersatu demi menciptakan seekor nyamuk. Dalam pidato
kenegaraan tanggal 1 Oktober 1989 untuk memperingati terusirnya penjajah
Italia dari bumi Libya, Qaddafi mengatakan: “Aku menantang kalian sebagaimana Dia berfirman kepada mereka; ‘Buatlah untukku
seekor nyamuk saja!’ Dia menantang mereka yang mengatakan ‘Allah
bukanlah apa-apa.’ Dia menantang mereka ‘Buatlah untuk Kami seekor
lalat!’ Maka aku tantang kalian: ‘Buatlah untuk kami Pepsi saja!’
-
Qaddafi membandingkan Allah dengan manusia. Jika Allah menjadi tuhan
di langit, maka rakyat juga menjadi tuhan di bumi. Dalam pidato
kenegaraan tanggal 1 Oktober 1989 tersebut, Qaddafi juga menyatakan: “Rakyat
itu seperti Allah…Allah di langit, dan rakyat di bumi. Dia tidak
memiliki sekutu. Jika Allah memiliki sekutu, Dia akan berfirman ‘Mereka
akan mencari jalan untuk naik kepada Pemilik ‘Arsy’. Jika ada
tuhan-tuhan selain Dia, niscaya setiap tuhan akan mengatakan ‘Aku ingin
menjadi Tuhan.’ Jika Dia berada di Arsy, niscaya tuhan-tuhan lain akan
melakukan kudeta untuk menjatuhkan-Nya…Rakyat di atas bumi juga harus
seperti ini, menjadi tuhan di atas buminya.”
-
Dalam pidato kenegaraan tanggal 27 Desember 1990, Qaddafi mengatakan, “Rakyat
adalah penguasa di atas muka bumi. Rakyat menentukan apapun di bumi
yang ia kehendaki. Adapun Allah berada di langit. Maka tiada penengah
antara kita dengan Allah.” Inilah prinsip sekulersime yang
dipraktikkan Qaddafi di Libya. Seluruh ajaran Al-Qur’an dan as-sunnah
dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, militer, dan lainnya
dicampakkan. Ajaran Islam hanya diakui dalam urusan ibadah ritual
belaka. Sebagai gantinya, di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya,
militer, dan lainnya Qaddafi menerapkan undang-undang positif yang ia
karang sendiri. Ia menamakannya al-kitab al-akhdar, Kitab Hijau (Green Book). Terbit
dalam bahasa Arab, Kitab Hijau menjabarkan tiga paham dasar, yaitu
“Demokrasi berdasarkan Kekuasaan Rakyat,” “Ekonomi Sosialisme” dan
“Teori Internasional Ketiga.” Paham itu lalu menjadi panduan bagi sistem
demokrasi ala Khadafi, sekaligus panduan politik luar negeri Libya.
-
Tidak aneh jika Qaddafi sangat ketat menerapkan sekulerisme dan
menolak penerapan syariat Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ia sangat mengagumi bapak sekulerisme Turki, Musthafa Kamal Ataturk. Ia
bekerja sangat keras demi menerapkan sekulerisme ala Turki di Libya.
Dalam dialog dengan para ulama dan santri penghafal Al-Qur’an pada
tanggal 3 Juli 1978, Qaddafi menyatakan para ulama Turki yang fanatik,
bodoh, dan lugu menolak memberi fatwa kebolehan sekulerisme. Qaddafi
mengatakan : “Ataturk adalah orang yang dizalimi…saya katakan hal ini kepada sejarah. Hal itu karena orang-orang yang bodoh, lugu, dan fanatik (maksudnya para ulama Islam di Turki, edt) memaksanya (maksudnya Musthafa Kamal Ataturk, edt) untuk kafir (maksudnya memvonis Ataturk Kafir karena menerapkan sekulerisme di Turki, edt). Mestinya
mereka menyatakan kepadanya ‘ya, boleh’ sehingga mereka tetap sebagai
muslimin. Namun mereka menjawab ‘tidak, tidak boleh, haram’. Siapa yang
berkata kepada kalian? Mereka memakai surban di kepala, lalu mengatakan
‘tidak boleh, haram’. Ataturk bertanya kepada mereka, “Apakah sama
sekali tidak ada fatwa ulama yang menyatakan kita tetap sebagai kaum
muslimin, dan pada saat yang sama kita memisahkan agama dari negara?’
Mereka menjawab, “Tidak, sama sekali tidak ada fatwa.”
-
Sebagai seorang penguasa sekuler, Qaddafi menegaskan fungsi masjid
sebatas membahas urusan pribadi; surga, neraka, pahala, siksa, dan
ibadah ritual. Adapun urusan politik, ekonomi, sosial, budaya, militer,
dan aspek kehidupan masyarakat yang lainnya tidak boleh dibahas di
masjid. Ia menekankan urusan publik adalah hak penguasa semata,
sedangkan urusan privat adalah urusan setiap hamba dengan Tuhannya.
Dalam khutbah Jum’at di masjid Jado, 11 Juli 1980, Qaddafi mengatakan: “Pokok
dari khutbah Jum’at adalah masyarakat meninggalkan kesibukan-kesibukan
dunia dan problematika mereka di luar masjid, lalu mempergunakan waktu
yang singkat untuk shalat (Jum’at), mereka mendengarkan firman Allah
tentang kematian, kehidupan, surga, neraka, kebangkitan, perhitungan
amal, dan balasan. Adapun problematika kehidupan harus dibahas di luar
masjid.”
-
Bagi Qaddafi, Allah Sang Pencipta tidak jauh berbeda dengan partai
politik oposisi. Qaddafi menuduh Allah berbuat zalim. Dalam pertemuan
dengan para pemimpin politik membahas pengguliran ‘Teori Internasional
Ketiga’ di ibukota Tripoli pada tanggal 9 Agustus 1975, Qaddafi
mengatakan: “Revolusi tidak secara otomatis mesti selalu berwarna
‘putih’. Ia juga bisa berwarna ‘merah’ terhadap lawan-lawannya. Oposisi
haruslah dibinasakan. Saya katakan kepada kalian, agama-agama juga
membinasakan para oposisinya. Allah juga membinasakan para oposisinya,
padahal Allah juga yang telah menciptakan mereka. Jadi setiap orang
membinasakan para oposisinya.”
-
Melecehkan Nabi SAW
-
Kebencian Qaddafi terhadap Nabi SAW dan sunnahnya tidak bisa
ditutup-tutupi, bahkan ia mengumumkannya di depan publik dengan
berbangga diri dan penuh kecongkakan. Tidak heran apabila ia
memerintahkan membakar kitab-kitab hadits dengan dalih kitab kuning yang
telah usang dan ketinggalan zaman. Lebih dari itu, Qaddafi mengingkari
As-sunnah sebagai sumber kedua ajaran Islam. Qaddafi mencampakkan
kalender hijriyah. Sebagai gantinya, ia menetapkan sistem kalender baru
yang dimulai dengan wafatnya Nabi SAW.
-
Berdalih atas tindakannya itu, Qaddafi mengatakan, “Ada banyak
peristiwa sejarah yang saya yakini lebih penting dari hijrah Nabi… di
antaranya adalah kewafatan Nabi SAW. Wafatnya Rasul SAW setara dengan
kelahiran Isa AS… Jika kita harus membuat kalender dengan berpatokan
kepada peristiwa-peristiwa sejarah, maka yang lebih utama adalah dengan
berpatokan kepada kewafatan Nabi SAW. Di antara peristiwa penting adalah
kewafatan Nabi, sehingga kita bisa menetapkan kalender atau menuliskan
untuk umat manusia suatu sejarah sampai setelah berlalu jutaan tahun,
bahwasanya ada seorang rasul penutup para nabi yang wafat pada tahun
sekian, atau telah berlalu kewafatannya sejak sekian tahun atau sekian
abad.” (Khuthab wa Ahadits al-Qaid ad-Diniyah, hal. 290)
-
Qaddafi juga menyatakan alasan kebijakannya tersebut dengan mengatakan, “Jadi
Umar bin Khatab adalah orang yang menyatakan ’Tahun ini tahun
hijriyah’. Itu adalah pendapatnya pribadi. Namun kita juga punya
pendapat sendiri. Kita berpendapat…kita bisa menyatakan bahwa peristiwa
hijrah tidaklah memiliki arti sepenting itu. Hal yang lebih penting
darinya adalah penaklukan Makkah. Dan yang lebih penting lagi adalah
wafatnya Nabi SAW.” (Khuthab wa Ahadits al-Qaid ad-Diniyah, hal. 300-301)
-
Sungguh ganjil. Wafatnya Rasulullah SAW dianggap sebagai mukjizat
yang setara dengan keajaiban kelahiran nabi Isa AS. Siapakah yang merasa
gembira dengan wafatnya Rasulullah SAW, sehingga merayakannya dan
menjadikannya sebagai patokan kalender? Tiada orang yang bergembira dan
merayakan wafatnya Rasulullah SAW dengan cara seperti itu selain orang
Yahudi, Nasrani, Majusi, dan musyrikin yang memendam kebencian terdalam
terhadap diri Rasulullah SAW!
Rasulullah SAW bersabda, “Wahai manusia! Siapapun seorang mukmin yang ditimpa oleh sebuah musibah, maka hendaklah ia berbela sungkawa dengan musibah (kehilangan)ku sebagai ganti dari belasungkawanya karena kehilangan orang lain. Sesungguhnya tiada seorang pun dari umatku yang tertimpa musibah yang lebih berat dari musibah kehilanganku.” (HR. Ibnu Majah, disahihkan syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami’ ash-Shaghir no. 7879)
Mantan ibu asuh Nabi SAW, Ummu Aiman menangis di hadapan Abu Bakar dan Umar. Keduanya bertanya kepada Ummu Aiman tentang sebab ia menangis, maka ia menjawab, “Aku tidak menangisi pribadi beliau SAW, karena aku mengetahui balasan di sisi Allah lebih baik bagi Rasulullah SAW. Namun aku menangis karena wahyu Allah telah terputus (dengan meninggalnya Rasulullah SAW).” Maka Abu Bakar dan Umar ikut menangis. (HR. Muslim)
Mantan pembantu Nabi SAW, Anas bin Malik berkata, “Pada hari Rasulullah SAW tiba di Madinah, segala sesuatu bersinar terang. Namun pada hari beliau SAW wafat, segala sesuatu di Madinah menjadi gelap.” Anas berkata lagi, “Tangan-tangan kami telah selesai menimbun jenazah Nabi SAW, namun hati kami seakan mengingkari (kwafatan)nya.” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad. Dinyatakan shahih oleh imam Ibnu Katsir dan syaikh al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah no. 1631)
-
Pelecehan dan kebencian Qaddafi kepada Rasulullah SAW tidak berhenti
sampai urusan sistem penanggalan kontroversial ini. Dalam khutbahnya
pada acara perayaan maulid Nabi SAW di masjid Maulaya Muhammad, ibukota
Tripoli pada tanggal 19 Februari 1978, Qaddafi mengatakan: ”Jika aku
mengatakan kepada kalian Rasulullah, maka kalian semua menjawab
Shallallahu ‘alaihi wa salam. Namun jika aku mengatakan kepada kalian
Allah, ternyata kalian tidak mengatakan apa-apa. Ini merupakan sebuah
bentuk penghambaan (penuhanan Nabi SAW, edt) dan paganism yang kita
jalani…Jika sekarang saya mengatakan Allah sebanyak seribu kali,
ternyata keadaannya biasa saja. Namun ketika saya mengatakan Rasulullah,
setiap orang di antara kita mengatakan Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Seakan-akan hal itu berarti kita lebih takut kepada Rasulullah melebihi
takut kita kepada Allah. Atau seakan-akan kita merasakan Rasulullah
lebih dekat kepada kita melebihi kedekatan Allah kepada kita. Ini
sepenuhnya sama dengan orang-orang Masehi (Nasrani, edt) yang
mengatakan: ‘Isa lebih dekat kepada kita daripada Allah’.
Di dalam Al-Qur’an tidak ada ayat yang menegaskan: ‘Sesungguhnya Nabi bersabda: Kalian wajib mengikuti semua ucapan yang aku katakan!’ Jika ada ayat seperti itu, maka dimana gerangan perkataan yang ia ucapkan selama 40 tahun sebelum diangkat menjadi nabi? Terlebih bisa dipastikan bahwa ia juga berbicara sebelum diangkat menjadi nabi. Jika Nabi mengatakan ‘Ikutilah hadits (sabda)ku!’, maka itu artinya haditsnya akan diberlakukan sebagai pengganti dari Al-Qur’an. Namun secara terus-menerus ia menegaskan kewajiban berpegang teguh dengan Al-Qur’an semata. Seandainya ia menganggap suci haditsnya dan menempatkannya dalam kedudukan yang sangat urgen seperti Al-Qur’an, tentulah ia sudah membuat kitab lain yang akan menggantikan posisi Al-Qur’an.”
-
Qaddafi jelas-jelas mengingkari perintah Al-Qur’an dan hadits shahih
kepada umat Islam untuk banyak membaca shalawat atas Nabi SAW. Qaddafi
juga secara terang-terangan menolak hadits Nabi SAW, dan mengingkari
ayat-ayat Al-Qur’an, hadits-hadits Nabi SAW, dan ijma’ ulama yang
memerintahkan berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta
menempatkan As-sunnah sebagai sumber kedua ajaran Islam setelah
Al-Qur’an.
-
Qaddafi juga mengingkari ayat-ayat Al-Qur’an, hadits-hadits shahih,
dan ijma’ ulama yang menyatakan Nabi SAW diutus kepada seluruh umat
manusia dan jin. Dalam pertemuan dengan para dosen universitas pada
tanggal 9 Februari 1982, Qaddafi mengatakan, “Jasad bangsa Arab
adalah nasionalisme Arab dan ruh mereka adalah Islam, karena Muhammad
diutus kepada bangsa Arab semata! Al-Qur’an datang untuk bangsa Arab dan
dengan bahasa Arab, ditujukan kepada bangsa Arab saja.Siapa pun orang
selain bangsa Arab yang memeluk agama Islam, pada hakekatnya adalah
sukarela saja (bukan wajib, edt). Urusannya terserah Allah, namun
sebenarnya ia tidak dimaksudnya (sebagai obyek dakwah Al-Qur’an dan
Islam, edt).”
-
Dalam pertemuan Sekretariat Jendral Sementara Konferensi
Internasional Bangsa-bangsa Islam pada tanggal 19 Desember 1989, Qaddafi
mengatakan kebencian dan pelecehannya kepada Nabi SAW dan para sahabat.
Qaddafi menyatakan, “Ketika para sahabat Rasul SAW menjadi para
penguasa, maka mereka diinjak-injak dengan kaki dalam kapasitas mereka
sebagai para penguasa sipil. Utsman dibunuh dalam kedudukannya sebagai
kepala negara republik atau raja. Umar dengan keadilannya menjadi
seorang penguasa, dan menaklukkan Persia dan Romawi. Ali diperangi oleh
kaum muslimin. Orang-orang terdekat, pengikut-pengikut, dan
kawan-kawannya justru memisahkan diri darinya. Kenapa? Karena ia
berambisi kekuasaan dan ingin menjadi kepala negara republik. Seandainya
Muhammad SAW menjadi kepala negara republik, niscaya orang-orang akan
meninggalkannya.”
-
Kebencian Qaddafi terhadap Nabi SAW dan sunnahnya tidak bisa
ditutup-tutupi, bahkan ia mengumumkannya di depan publik dengan
berbangga diri dan penuh kecongkakan. Tidak heran apabila ia
memerintahkan membakar kitab-kitab hadits dengan dalih kitab kuning yang
telah usang dan ketinggalan zaman. Lebih dari itu, Qaddafi mengingkari
As-sunnah sebagai sumber kedua ajaran Islam. Qaddafi mencampakkan
kalender hijriyah. Sebagai gantinya, ia menetapkan sistem kalender baru
yang dimulai dengan wafatnya Nabi SAW.
Bersambung, insya Allah…
(muhib al-majdi/arrahmah.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar